Bisnis.com, JAKARTA - Johnson & Johnson telah mengajukan izin pengunaan darurat atau EUA untuk dosis kedua vaksin Covid-19 bagi dewasa ke Badan Makanan dan Obat AS atau FDA setelah menemukan adanya proteksi yang kuat melawan Virus Corona.
Dilansir Bloomberg pada Selasa (5/10/2021), pengajuan tersebut mencakup hasil dari uji klinis tahap akhir yang menemukan dosis booster vaksin sekali pakai yang disuntikkan setelah 56 hari inokulasi pertama memberikan perlindungan hingga 94 persen terhadap penyakit sedang hingga parah di AS.
Pekan lalu, FDA mengatakan telah menjadwalkan pertemuan untuk membahas potensi vaksin booster J&J dan Moderna Inc., pada 14-15 Oktober.
Jika mendapatkan izin, booster J&J dapat memberi jutaan orang Amerika lebih banyak perlindungan tambahan terhadap virus corona.
Pada 24 September, beberapa penerima vaksin buatan Pfizer Inc.-BioNTech SE memenuhi syarat untuk mendapatkan dosis tambahan, termasuk mereka yang berusia 65 tahun ke atas. Adapun saham J&J naik 0,6 persen dalam perdagangan premarket AS.
Namun, sejumlah ahli kesehatan masih mempertanyakan perlunya penggunaan booster secara luas. WHO masih menerapkan moratorium tahun ini, sampai lebih banyak orang di luar negara kaya mendapatkan perlindungan.
Baca Juga
Adapun pemerintahan Biden telah mendesak booster diberikan lebih luas untuk membantu meredam wabah penyakit yang dipicu varian delta saat ini di AS.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengatakan penerima vaksin Moderna, J&J, maupun Pfizer juga akan membutuhkan booster. FDA masih harus mengevaluasi data penelitian dan menghapus booster sebelum orang bisa mendapatkannya.
Pada September, J&J mengatakan bahwa dosis kedua vaksinnya dapat memberikan proteksi sebesar 100 perssen untuk melawan gejala parah jika diberikan dua bulan setelah suntikan pertama.
Setelah diharapkan menjadi bagian penting kampanye imunisasi AS, vaksin berbasis adenovirus milik J&J ini memiliki jangkauan yang terbatas.
Hanya sekitar 15 juta orang di AS yang menerima vaksin sekali pakai J&J, menurut CDC. Sebagai perbandingan, sekitar 171 juta orang telah menerima vaksin dari Moderna dan Pfizer-BioNTech yang berbentuk rejimen RNA.