Bisnis.com, JAKARTA – Aksi marah-marah yang dilakukan oleh Menteri Sosial Tri Rismaharini atau Risma turut mendongkrak namanya di ranah maya lantaran sebuah video dirinya memarahi pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) di Gorontalo sambil mengacungkan penanya.
Akibat tindakannya itu, mantan Wali Kota Surabaya ini menjadi trending topic di media sosial Twitter, pada Sabtu, 2 Oktober 2021 dengan cuitan Bu Risma yang menjadi perbincangan.
Sebelumnya, Mensos Risma marah-marah kepada seorang pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) di Gorontalo pada Sabtu, 30 September 2021. Aksi marah-marahnya viral di media sosial.
Dalam video yang beredar di media sosial, Risma tengah berada dalam sebuah rapat. Dia bangkit dari tempat duduknya, lalu berjalan ke arah seorang pendamping PKH sambil menunjuk dada pria tersebut dengan pena.
“Tak tembak kamu ya, tak tembak kamu,” ujar Risma dalam video tersebut. Risma marah diduga terkait dengan data keluarga penermima manfaat (KPM) yang tidak sesuai dengan data Kementerian Sosial.
Menurut pantauan Bisnis, politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu memang seringkali menunjukan emosinya saat melihat sesuatu yang dia nilai tidak beres.
1. Ancam Pindahkan ASN ke Papua
Salah satunya, pada 13 Juli 2021, Risma mengancam aparatur sipil negara (ASN) Kemensos yang dinilai tidak cekatan saat membantu di dapur umum untuk dipindahkan ke Papua.
"Sekarang saya nggak mau lihat seperti ini, kalau saya lihat lagi, saya pindahkan ke Papua, saya nggak bisa mecat kalau enggak ada salah, tetapi saya bisa pindahkan ke Papua sana teman-teman," kata Risma di Balai Wyataguna, Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (13/7/2021).
Risma melayangkan teguran tersebut saat dirinya melihat dapur hanya dikerjakan oleh Taruna Siaga Bencana (TAGANA) dan petugas lainnya. Sedangkan, ASN Kementerian Sosial hanya bekerja di dalam kantornya masing-masing.
2. Protes Mobil PCR Dikirim ke Daerah Lain
Saat masih menjabat sebagai Wali Kota Surabaya, Risma juga diketahui beberapa kali meluapkan kemarahannya di depan publik. Misalnya, saat dua unit mobil Polymerase Chain Reaktion (PCR) bantuan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk Surabaya, dibawa ke luar kota.
Risma dengan nada tinggi berbicara kepada pejabat di Balai Kota Surabaya pada Mei 2020. Dia marah karena mobil PCR yang seharusnya dikirimkan untuk Surabaya, tapi malah dikirim ke Tulungagung dan Lamongan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Padahal, warga Surabaya sudah mengantre untuk melakukan tes swab Covid-19.