Bisnis.com, JAKARTA – Aksi marah-marah Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini kepada seorang pendamping pogram keluarga harapan (PKH) di Gorontalo,viral di media sosial.
Dia mengarahkan penanya ke dada petugas itu sambil berkata keras, “Jadi bukan kita coret ya! Kamu tak tembak ya, tak tembak kamu!”
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gelora Indonesia Mahfuz Sidik mengatakan bahwa geram dengan tindakan mensos Risma.
“Tidak pantas sama sekali. Bukan perilaku pemimpin pemerintahan. Contoh perilaku tidak Pancasilais!” katanya melalui pesan instan kepada wartawan, Sabtu (2/10/2021).
Mahfuz menjelaskan bahwa masyarakat banyak sedang mengalami kesulitan hidup akibat pandemi Covid-19 dan PPKM, terutama tekanan ekonomi. Psikologi masyarakat juga diliputi perasaan sedih, cemas, kecewa dan marah terhadap situasi.
“Maka wajar kalau petugas pendamping PKH curhat ke menterinya. Terus kenapa harus marah? Kenapa harus berdiri mendatangi petugas sambil menunjuk pulpen ke petugas? Terus kenapa harus ancam mau tembak?” jelasnya.
Baca Juga
Peristiwa tersebut terjadi kemarin, tepat pada hari Kesaktian Pancasila. Akan tetapi sikap Risma dianggap tidak pancasialis.
Mantan Ketua Komisi I DPR ini memaparkan kenapa Risma bisa dianggap demikian. Agama mengajarkan jangan marah dan mengancam. Itu cermin Sila Pertama.
Sedangkan gambaran sila kedua adalah menghormati dan menghargai sesama meski dengan rakyat kecil. Sila ketiga, jaga komunikasi antar-budaya, agar tetap harmonis dan menyatu.
Sila selanjutnya adalah mengajarkan perilaku musyawarah dan mengedepankan hikmah. Lalu sila kelima tentang keadilan sosial.
“Petugas pendamping PKH sedang mengadu curhat seorang warga miskin yang tidak menerima lagi bantuan di rekeningnya. Curhat itu ke Menteri Sosial yang bertugas dan bertanggungjawab soal itu. Apa salahnya? Apakah itu fitnah? Apakah perilaku mensos Risma sejalan dengan kelima sila Pancasila itu?” ucapnya.
Menyambut pendapat gubernur Rusli, Mahfuz setuju presiden Jokowi menegur dan mengevaluasi mensos Risma.
“Mungkin perlu juga dievaluasi oleh psikolog atau psikiater. Rakyat butuh pemimpin yang lembut, sabar dan mengayomi rakyatnya.” tutup Mahfuz.