Bisnis.com, JAKARTA – International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) menemukan bahwa organisasi masyarakat sipil (OMS) memiliki peran penting untuk menutup celah kesenjangan gender dalam dunia digital di Indonesia.
Peneliti Kebijakan Publik INFID Yanu Endar Prasetyo mengatakan sepanjang 2016—2019 perempuan lebih terhambat mengakses teknologi dan koneksi internet dibandingkan dengan laki-laki. Padahal, kesetaraan jender dalam ranah digital berkontribusi terhadap pembangunan.
Menurutnya, peran organisasi masyarakat dinilai penting untuk mendorong kesetaraan tersebut, khususnya dalam berdemokrasi di ruang digital agar bisa dilakukan oleh siapa saja.
“Sudah banyak OMS yang terjun ke literasi digital dan pendampingan-pendampingan penguasaan digital, itu juga sangat membantu untuk meningkatkan kualitas demokrasi,” katanya lewat diskusi virtual, Selasa (21/9/2021).
Yanu melanjutkan, OMS memiliki posisi strategis dalam demokrasi sebagai jembatan atau penyambung lidah antara rakyat dan pemerintah sehingga mustahil untuk mengabaikan peran mereka.
“Ketimpangan gender dan ketimpangan digital itu eksis. Kalau keduanya digabungkan maka perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, terutama internet pada hari ini, bisa punya dua kemungkinan. Pertama mempersempit jurang ketimpangan, atau kedua justru memperlebar ketimpangan,” ujarnya.
Menurutnya, OMS sudah mencoba mengatasi dan melakukan kontribusi dengan berbagai cara seperti literasi digital dan penguatan kapasitas teknis kepada kelompok rentan termasuk perempuan.
Yanu mengatakan, permasalahan ketimpangan gender dan ketimpangan digital yang masih eksis menjadi menantang untuk diselesaikan. Adapun, OMS tidak dapat berjalan sendirian untuk mendorong kesetaraan gender digital, begitu pula dengan pemerintah.
Selain itu, sektor privat juga perlu dilibatkan lebih jauh sebab penyedia TIK banyak di sektor privat yang selama ini mungkin masih belum terhubung dengan baik.