Bisnis.com, JAKARTA - Taliban berhasil menguasai ibu kota Kabul dan menduduki Istana Presiden. Presiden Ashraf Gani pun telah meninggalkan kota tersebut pada Minggu (15/8).
Dilansir Al Jazeera, Senin (16/8) kemenangan kelompok garis keras pimpinan Mullah Abdul Ghani Baradar tersebut membuat ribuan warga Afganistan berbondong-bondong menarik uang dan pergi ke bandara untuk melarikan diri dari Negara tersebut.
Hal itu menyebabkan kekacauan terjadi di Bandara Kabul. Sedikitnya lima orang dilaporkan tewas di Bandara Kabul akibat kepanikan warga yang berebut ingin memasuki pesawat untuk meninggalkan Kabul.
Selain itu, semua penerbangan komersial telah dibatalkan dari Bandara Internasional Hamid Karzai setelah kekacauan yang terjadi ketika warga Afghanistan dan orang asing mencoba melarikan diri dari Afghanistan saat pejuang Taliban mengambil alih.
Melihat kekacauan yang terjadi, pasukan militer Amerika Serikat (AS) melepaskan tembakan ke udara untuk membubarkan kerumunan dan mencegah warga sipil berlarian ke landasan, kata seorang pejabat AS.
"Kerumunan itu di luar kendali. Tembakan dilepaskan hanya untuk untuk meredakan kekacauan," kata seorang pejabat AS kepada Reuters.
Adapun, rencana Taliban selanjutnya adalah mendapat pengakuan dari komunitas internasional. Juru bicara Taliban Muhammad Naeem menjelaskan, pengakuan dari komunitas internasional penting sebagai legitimasi bahwa Taliban yang memimpin Afghanistan sekarang. Di sisi lain, juga untuk menegaskan bahwa Taliban tidak ingin diisolir.
Sementara itu, kemenangan Taliban mendapat reaksi dari negara-negara dunia. Inggris misalnya, lewat Menteri Pertahanannya Ben Wallace, menyebut kemenangan Taliban adalah kegagalan dunia.
“Kita tahu Afganistan belum selesai. Ini masalah bagi dunia dan dunia perlu membantunya,” ujarnya dilansir BBC.
Berbeda dengan Inggris, China justru menyambut baik perebutan kekuasaan oleh Taliban ini. China mengatakan bersedia untuk menjalin ‘hubungan persahabatan’ dengan kelompok bersenjata itu.
“China menghormati masyarakat Taliban untuk menentukan nasib mereka sendiri,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Hua Chunying.
Sementara, Kementerian Luar Negeri RI terus memantau perkembangan keamanan Afganistan. Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha pada Senin (16/8/21) mengatakan keselamatan dan kesehatan WNI termasuk staf KBRI menjadi prioritas utama.
Di Afganistan, terdapat 15 WNI yang telah melaporkan keberadaannya di negara itu dan semuanya dalam kondisi baik serta aman. WNI tersebut diantaranya bekerja sebagai ekspatriat, bekerja di Badan PBB dan menikah dengan warga Afganistan.