Bisnis.com, JAKARTA - Kedatangan Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd J. Austin III ke tiga negara di Asean mencerminkan adanya rencana besar kabinet Joe Biden menghimpun kekuatan untuk melawan China.
Austin menjadi menteri pertama di kabinet Presiden AS Joe Biden yang melakukan lawatan ke Asia Tenggara. Setibanya pada Selasa, Austin menemui Menteri Pertahanan Singapura dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsian Loong. Pada Rabu (28/7/2021), Austin telah tiba di Vietnam dan berencana mengunjungi Filipina.
Dalam pidatonya di Singapura, Austin bersumpah untuk berpihak pada Asean dalam menghadapi ancaman China yang terjadi di Laut China Selatan, terutama bagi negara seperti Malaysia, Filipina, dan Vietnam.
“Klaim Beijing atas sebagian besar Laut China Selatan tidak memiliki dasar dalam hukum internasional. Kami terus mendukung negara-negara pantai di kawasan ini dalam menegakkan hak-hak mereka di bawah hukum internasional,” kata Austin seperti dikutip dari Bloomberg.
AS tidak meminta negara-negara di Asean untuk memilih antara Amerika Serikat dan China, kata Austin, sudah banyak kemitraan yang umurnya jauh lebih tua ketimbang China sendiri.
Selain Laut China Selatan, Austin juga menyebut-nyebut soal agresi China di India, tekanan kepada rakyat di Taiwan, dan kejahatan genosida yang mengorbankan umat muslim Uyghur di Xinjiang.
Baca Juga
“Kami tidak akan gentar ketika kepentingan kami terancam. Namun kami tidak memancing konfrontasi," ujarnya.
Pengamat hubungan internasional Universitas Padjajaran Teuku Rezasyah menilai kedatangan Menteri Austin di tengah pandemi Covid-19 membuktikan jika Asean semakin penting bagi AS.
Selain potensinya, pendekatan AS ke Asean menjadi penting lantaran AS kewalahan dengan gebrakan China yang berhasil menjalin kerja sama strategis di tingkat bilateral dengan sejumlah negara. Belum lagi proyek investasi dan pengendalian proyek raksasa yang bertajuk Belt and Road Initiative (BRI).
Mundurnya AS dari Afghanistan, garangnya China di Laut China Selatan dan Laut China Timur, serta tingginya potensi pencaplokan Taiwan, menjadikan AS semakin terpojok.
“Oleh karena itulah, Asean diharapkan melakukan dukungan langsung maupun tidak langsung pada AS. Setidaknya, pengamanan laut dan selat strategis di kawasan Asia Tenggara. Dengan Asean yang berkomitmen tinggi atas Asean Charter, sudah merupakan keuntungan psikologis bagi AS,” terangnya.
Indo-Pasifik
Seperti diketahui, Menteri Luar Negeri Antony Blinken telah menyatakan dalam pidato kebijakan luar negeri pertamanya bahwa China adalah ujian geopolitik terbesar bagi AS pada abad ini.
Agar dapat bersaing, Presiden Joe Biden menyadari bahwa AS harus membangun komunitas. Untuk itu, Biden juga telah meninggalkan prinsip America First yang dipraktikkan oleh pendahulunya, Donald Trump.
Memperkuat pengaruh di Indo-Pasifik, kawasan yang paling dinamis dan pusat pertumbuhan ekonomi dunia, menjadi agenda penting bagi administrasi Biden. Hal ini terlihat dari kunjungan Menlu Blinken ke India pada saat yang sama kepala Pentagon mengunjungi Asia Tenggara.
Bendera China dikibarkan di lapangan Tiananmen untuk menyambut the Belt and Road Forum atau KTT Jalur Sutra, di Beijing, China, Sabtu (13/5/2017). - Reuters
“[Menjaga demokrasi] menjadi vital bagi kami, dua bangsa pemimpin demokrasi di dunia, terus berdiri bersama untuk mendukung cita-cita ini,” kata Blinken.
Hubungan antara AS dan India semakin hangat dalam beberapa tahun terakhir karena memiliki kepentingan yang sama dalam menghadapi tindakan China di wilayah tersebut.
AS juga telah membentuk kerja sama dengan Asean bersama the Quad yang terdiri dari India, Australia, dan Jepang.
Sebagai respons kunjungan diplomat AS ke Asia, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian menimpali bahwa demokrasi tidak dapat dipatenkan oleh negara tertentu.
“Sama sekali tidak demokratis untuk melemahkan pihak lain sambil menggambarkan diri sendiri sebagai superior,” katanya dalam konferensi pers pada Rabu.