Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Prancis Emmanuel Macron meminta Perdana Menteri Israel Naftali Bennett untuk memastikan penyelidikan tekait dugaan bahwa dirinya telah dimata-matai oleh agen keamanan Maroko dengan memamfaatkan perangkat lunak buatan Israel.
Lewat kontak telepon, Macron menyatakan keprihatinan bahwa teleponnya dan sebagian besar telepon para menteri kabinetnya dapat disadap perangkat lunak bernama Pegasus yang dikembangkan oleh perusahaan pengawasan Israel NSO Group.
Hal itu memungkinkan operator teknologi informasi itu mengekstrak pesan, foto, dan email selain merekam panggilan rahasia dengan mengaktifkan mikrofon dari perangkat yang diretas. Basis data yang bocor pada perangkat Pegasus termasuk nomor ponsel Macron seperti dikutip TheGuardin.com, Senin (26/7/2021).
NSO menyatakan Macron bukan "target" dari pelanggannya, yang berarti perusahaan itu menyangkal dia dipilih untuk pengawasan menggunakan Pegasus. Pihak perusahaan mengatakan bahwa fakta bahwa nomor muncul dalam daftar, sama sekali tidak menunjukkan apakah nomor telepon itu dipilih untuk pengawasan menggunakan Pegasus.
Disebutkan bahwa proyek Pegasus tidak dapat memeriksa ponsel para pemimpin dan diplomat. Dengan demikian perangkat itu tidak dapat memastikan apakah ada upaya untuk menginstal perangkat lunak untuk kejahatan di ponsel mereka.
Panggilan telepon Macron-Bennett dilaporkan terjadi pada Kamis, tetapi pertama kali dilaporkan oleh Channel 12 News Israel pada Sabtu malam setelah akhir Shabbat, hari istirahat Yahudi.
Baca Juga
Kantor perdana menteri Israel menolak untuk mengomentari panggilan telepon atau percakapan kedua pemimpin.
Menurut Channel 12, sumber yang tidak disebutkan namanya mengatakan Bennett telah menekankan bahwa dugaan peristiwa itu terjadi sebelum dia menjabat pada Mei.
Selain itu, sebuah komisi sedang memeriksa apakah aturan tentang ekspor senjata siber Israel seperti Pegasus harus diperketat.
Proyek Pegasus, sebuah konsorsium dari 17 media, termasuk Guardian, mengungkapkan pekan lalu bahwa klien pemerintah di seluruh dunia telah menggunakan perangkat lunak peretasan yang dijual oleh NSO untuk menargetkan aktivis hak asasi manusia, jurnalis, dan pengacara.
Penyelidikan didasarkan pada analisis forensik telepon dan analisis database yang bocor dari 50.000 nomor, termasuk milik Macron dan kepala negara dan pemerintah senior, pejabat diplomatik dan militer di 34 negara.