Bisnis.com, JAKARTA - Wajah Pesiden Prancis Emmanuel Macron ditampar oleh seorang pria saat salah satu pemimpin negara industri maju itu berjalan-jalan di sebuah wilayah bagian selatan negaranya.
Pengawal presiden segera menarik pria itu dan menekuk kepalanya ke tanah sebelum menjauhkan Macron dari kerumunan. Namun, demikian sang presiden tampak tidak terluka dan bertekad untuk terus bertemu dengan masyarakat.
Usai insiden memalukan itu, Macron mengatakan serangan itu adalah "tindakan aneh" yang harus "dipertimbangkan" seperti dikutip TheGuardian.com, Rabu (9/6/2021).
“Kita tidak boleh membiarkan individu ultra-kekerasan mengambil alih debat publik. Tidak boleh ada kekerasan, tidak ada kebencian, dalam ucapan atau tindakan. Kalau tidak, demokrasi itu sendiri yang terancam,” katanya.
Sebuah video dari insiden tersebut menunjukkan presiden, yang mengenakan kemeja putih dan dasi, mendekati massa yang menunggu di balik penghalang logam di Tain-l'Hermitage.
Macron, yang mengenakan masker, terlihat mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan seorang pria berkaus hijau yang mengenakan kacamata dan masker.
Baca Juga
Pria itu terdengar berteriak "à bas la Macronie" (hancurkan Macronisme) sebelum dia meraih lengan kanan presiden dan memberikan tamparan ke sisi kiri wajahnya. dia juga dilaporkan meneriakkan "Montjoie Saint Denis", seruan perang tentara Prancis ketika negara itu masih berbentuk monarki.
Dua orang ditangkap sehubungan dengan serangan itu, menurut laporan. Mereka ditahan karena tuduhan melakukan "kekerasan yang disengaja terhadap seseorang pejabat publik".
Berbicara dengan surat kabar lokal, Dauphiné Liberé, Macron mengatakan: “Kita tidak boleh membiarkan kejadian ini menutupi masalah lain yang sangat penting bagi kehidupan banyak orang.”
Ditanya apakah dia merasa iklim politik memburuk, presiden menjawab: “Tidak, saya tidak ingin individu aneh yang bertindak ekstrem membuat orang melupakan isu penting. Orang Prancis adalah orang republik. sebagian besar orang Prancis tertarik pada masalah mendasar.”