Bisnis.com, JAKARTA--Militer Amerika Serikat (AS) melakukan dua kali serangan terhadap milisi Taliban semalam untuk mendukung pasukan Afghanistan di provinsi Kandahar, menurut sejumlah pejabat pertahanan setempat.
Hingga kini militer AS yang tersisa tetap memiliki wewenang untuk melakukan serangan untuk mendukung Pasukan Pertahanan dan Keamanan Nasional Afghanistan (ANDSF) selama tahap akhir penarikan pasukan dari negara itu. Hanya saja kecepatan serangan telah menurun dalam beberapa pekan terakhir, menurut seorang pejabat pertahanan.
Militer AS telah melakukan sekitar enam atau tujuh serangan dalam 30 hari terakhir yang sebagian besar menggunakan drone untuk meluncurkan serangan. Sebelumnya, AS lebih sering melancarkan serangan untuk mendukung pasukan Afghanistan, kata seorang pejabat pertahanan lainnya seperti dikutip CNN.com, Jumat (23/7/2021).
"Saya dapat mengatakan bahwa dalam beberapa hari terakhir kami telah melakukan serangan udara untuk mendukung ANDSF, tetapi saya tidak akan membahas rincian teknis serangan itu," kata Sekretaris Pers Pentagon John Kirby pada konferensi pers kemarin.
Tiga dari empat serangan terakhir menargetkan peralatan militer yang dirampas pihak Taliban, kata seorang pejabat yang njga tidak mau disebutkan namanya. Peralatan itu termasuk peralatan AS yang diserahkan ke ANDSF namun kemudian dirampas oleh Taliban saat bergerak maju ke seluruh negeri.
Perkembangan terakhir ini merupakan indikasi keberhasilan yang dimiliki Taliban saat menyapu seluruh negeri sehingga mendorong kembali militer Afghanistan untuk bergerak dan merebut kembali wilayahnya saat mendekati akhir penarikan pasukan AS.
Baca Juga
Pemerintah Biden berencana untuk merelokasi beberapa warga Afghanistan yang bekerja untuk AS ke pos Angkatan Darat di Virginia. Komando Pusat AS, yang bertanggung jawab atas Afghanistan, baru-baru ini mengatakan bahwa penarikan pasukan AS sudah lebih dari 95 persen.
Presiden Joe Biden mengatakan penarikan akan selesai pada akhir Agustus. Sedangkan 650 tentara akan tetap berada di negara itu untuk mengamankan kehadiran diplomatik AS di Afghanistan.