Bisnis.com, JAKARTA--Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak China untuk lebih kooperatif dengan penyelidikan tahap kedua oleh lembaga PBB itu tentang asal-usul Covid-19.
Terkait penyelidikan itu, Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus menyerukan lebih banyak akses dan transparansi. Tahap pertama penyelidikan WHO sendiri telah berakhir pada Februari.
Dari hasil penyeldikan tahap awal itu disimpulkan bahwa sangat tidak mungkin virus itu berasal dari laboratorium di Wuhan, China dan virus itu mungkin berasal dari kelelawar.
Berbicara di Jenewa kemarin, Tedros mengatakan WHO membutuhkan akses ke data mentah pasien sebelum dan awal pandemi dalam penyelidikan. Akan tetapi, China tidak membagikan data itu kepada tim WHO selama penyelidikan pertama, tambahnya.
Dia juga meminta informasi yang jelas tentang laboratorium di Wuhan. Sebagai seorang profesional medis sendiri, dia tahu kecelakaan bisa saja terjadi.
“Ini adalah indikasi terkuat bahwa WHO masih mempertimbangkan teori kebocoran laboratorium, meskipun para ahli mengatakan ini tidak mungkin, ujar Tedros seperti dikutip BBC.com di Jenewa, Jumat (16/7/2021).
Baca Juga
Spekulasi tentang kebocoran virus di Institut Virologi Wuhan, salah satu laboratorium penelitian virus top China, berawal tahun lalu dan disebarkan oleh mantan Presiden AS Donald Trump. Tedros juga memperingatkan terhadap gagasan bahwa pandemi akan segera berakhir.
Komite Darurat WHO menyatakan bahwa varian baru dan lebih berbahaya diperkirakan akan menyebar ke seluruh dunia.
"Pandemi belum selesai," menurut komite itu memperingatkan dalam sebuah pernyataan.
Ketua Komite Darurat WHO, Didier Houssin mengatakan "kita masih mengejar virus ini dan virus masih mengejar kita".
WHO mencontohkan kematian terkait virus Corona di Afrika yang melonjak sebesar 43 persen dalam waktu seminggu. Lonjakan itu didorong oleh kurangnya tempat perawatan intensif dan oksigen.