Bisnis.com, JAKARTA - Pihak milisi Taliban membantai 22 anggota pasukan elite Afghanistan yang sebagian dilatih di Amerika Serikat (AS), meski mereka telah menyerah akibat kehabisan amunisi.
Sejak keberangkatan pasukan AS dan NATO dari negara itu, militer Afghanistan kesulitan memberikan perlawanan terhadap Taliban yang terus menguasai wilayah negara itu dan menyebabkan banyak personel mereka tewas kena tembakan.
Video yang memperlihatkan aksi pembantaian oleh Taliban tersebut memperlihatkan sekelompok personil militer Afghanistan keluar dari tempat persembunyian mereka.
Sebelumnya, mereka bertahan di sebuah bangunan di Dawlat Abad, Faryab.
Pada video berrtanggal 16 Juni 2021 itu, pasukan elite itu terlihat tidak bersenjata yang dilaporkan setelah bertempur. Mereka disebut tidak mendapatkan bantuan serangan udara.
Para anggota pasukan khusus itu terlihat mengangkat tangan di hadapan tentara-tentara Taliban yang meminta mereka menyerah.
Baca Juga
"Menyerahlah komando, menyerahlah!" teriak tentara Taliban Kepada mereka seperti dikutip CNN.com, Rabu (13/7/2021).
Komando adalah istilah untuk anggota pasuka elite AS. Para personel militer Afghanistan itu menurut, mendekat untuk menyerahkan diri mereka.
Tiba-tiba, salah satu anggota Taliban meneriakkan Takbir. Apa yang terdengar selanjutnya adalah rentetan tembakan ke arah para personil militer Afghanistan.
Warga lokal di dekat lokasi sempat mencoba menghentikan aksi pembantaian itu.
"Jangan tembak mereka, jangan tembak mereka. Aku mohon," ujar seorang warga dalam bahasa Pashto.
Akan tetapi, para anggota Taliban bergeming dan lanjut mempreteli seluruh perlengkapan militer yang ada di jenazah tentara Afghanistan.
Pihak Palang Merah mengkonfirmasi pembunuhan tersebut. Total jenazah, 22 orang dan jenazah mereka berhasil diselamatkan.
Peristiwa itu kontras dengan janji Taliban selama ini. Dalam pernyataannya,
Taliban berjanji tidak akan membunuh tentara Afghanistan yang menyerahkan diri. Bahkan, jika perlu, membayarkan mereka uang untuk mengungsi agar wilayah yang diserbu bisa segera diduduki.
Akan tetapi, Taliban menyebut video itu palsu dengan mengatakan hal itu merupakan propaganda Pemerintah Afghanistan. Hanya saja, TaIiban tidak bisa membuktikan kalau video itu disebutnya palsu.