Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Studi Buktikan Negara di Dunia Tidak Solid Lawan Covid-19

Negara-negara kaya memojokkan pasar dan menghambat kemitraan global seperti program distribusi COVAX yang dikoordinatori oleh aliansi vaksin GAVI.
Petugas medis menyuntikkan vaksin COVID-19 Comirnaty Pfizer-BioNTech di pusat vaksinasi Paris, Prancis (12/5/2021)./Antara/Reuters-Gonzalo Fuentes
Petugas medis menyuntikkan vaksin COVID-19 Comirnaty Pfizer-BioNTech di pusat vaksinasi Paris, Prancis (12/5/2021)./Antara/Reuters-Gonzalo Fuentes

Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah studi dari Inggris menunjukkan bahwa negara-negara telah mengacuhkan panggilan solidaritas dalam perjuangan melawan Covid-19 dan lebih memilih untuk mementingkan bangsanya sendiri.

Dilansir dari Bloomberg pada Rabu (14/7/2021), tidak meratanya akses terhadap vaksin di sejumlah negara menjadi contoh paling mencolok dari kurangnya persatuan, menurut penelitian yang dipimpin oleh Chatham House, sebuah lembaga think tank yang berbasis di London.

Negara-negara kaya memojokkan pasar dan menghambat kemitraan global seperti program distribusi COVAX yang dikoordinatori oleh aliansi vaksin GAVI.

Sebanyak 46 persen dari kematian Covid-19 di 21 negara terjadi pada penghuni panti jompo dan orang-orang dari kelompok rentan. Selain itu, statistik di Inggris menunjukkan kematian banyak terjadi pada laki-laki dari latar belakang Afrika hitam yang tingginya hampir empat kali lipat daripada pria kulit putih.

Para peneliti menyerukan langkah darurat untuk mengatasi kesenjangan yang meluas dalam menghadapi pandemi.

Kendati para ilmuwan, pelaku bisnis, dan kelompok lainnya sudah banyak melakukan kerja sama yang inovatif, tetapi banyak yang harus menjadi pelajaran, dikutip dari laporan tersebut.

Negara-negara harus memberikan solusi yang bersifat global karena meskipun mereka menekan kasus Covid-19 di dalam negeri, risiko gelombang mutasi baru tetap muncul dari luar negeri.

Dalam studi tersebut juga disebutkan negara-negara di Afrika dan Karibia tengah fokus mengoordinasikan distribusi dan alokasi sumber daya, sementara Uni Eropa berjuang untuk bertindak sebagai blok regional dan Amerika Latin mengalami “disonansi politik dan teknis”.

Setelah periode kebencian AS terhadap sejumlah lembaga multilateral pada tahun lalu, tanda-tanda positif mulai muncul, termasuk kemungkinan kelompok negara G-7 dan G-20 dapat mengambil peran yang lebih aktif, tulis para penulis.

“Solidaritas bukan hanya retorika positif. [Solidaritas] juga merupakan kondisi yang diperlukan untuk menekan pandemi secara efektif,” seperti ditulis pada laporan tersebut.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper