Bisnis.com, JAKARTA – M Praswad Nugraha, salah satu penyidik kasus bantuan sosial alias bannsos akhirnya angkat bicara usai putusan Dewan Pengawas (Dewas) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang menyatakan dirinya telah melanggar kode etik.
Praswad mengatakan menganggap tindakannya dan koleganya sesama penyidik M. Nur Prayoga sesuai dengan aturan.
Dia mengatakan tak pernah melakukan kekerasan fisik atau menganiaya saksi, Agustri Yogasmara alias Yogas.
Dia mengatakan pernyataan keras diucapkannya karena Yogas tidak kooperatif dalam pemeriksaan. Dia mengatakan intonasi tinggi dan perkataan itu diucapkan sebagai bagian dari teknik penyidikan.
Sayangnya, kata dia, Dewas KPK melepaskan pernyataannya itu dari konteks kejadian. Sehingga, seolah pernyataannya itu merupakan perundungan dan pelecahan terhadap saksi.
“Situasi sebenarnya tidak dihitung sama sekali oleh mereka,” ujar Praswad.
Baca Juga
Lantas seperti apa duduk perkara dan putusan Dewas KPK yang kemudian dipersoalkan tersebut?
Dilansir dari Antara, Dewan Pengawas (Dewas) KPK telah memutuskan dua orang penyidik dalam kasus dugaan penerimaan suap kepada mantan Menteri Sosial Juliari Batubara dari perusahaan penyedia bansos Covid-19.
"Mengadili menyatakan terperiksa I Mochammad Praswad Nugraha dan terperiksa II Mohammad Nor Prayoga bersalah melakukan pelanggaran kode etik dan pedoman perilaku berupa perundungan dan pelecehan terhadap pihak lain di dalam dan di luar lingkungan kerja," kata ketua majelis etik Harjono dalam sidang etik di gedung KPK Jakarta, Senin.
Keduanya dianggap telah melanggar pasal 6 ayat 2 huruf b Peraturan Dewan Pengawas KPK tentang Penegakan Kode Etik dan Pedoman Perilaku KPK. Pasal itu menekankan soal pengimplementasikan nilai dasar keadilan setiap insan KPK dilarang bertindak sewenang-wenang atau melakukan perundungan dan/atau pelecehan.
Majelis etik yang terdiri dari Harjono, Syamsuddin Haris dan Albertina Ho lalu menjatuhkan hukuman sedang dan ringan kepada keduanya.
Keduanya dinilai terbukti melakukan perundungan atau pelecehan kepada saksi Agutri Yogasmara alias Yogas yang merupakan saksi dalam kasus dugaan penerimaan suap kepada mantan Menteri Sosial Juliari Batubara dari perusahaan penyedia bansos COVID-19.
Perundungan itu disebut dilakukan saat penggeledahan di rumah Yogas pada 12 Januari 2021 dan pemeriksaan Yogas di gedung KPK pada 13 Januari 2021.
Anggota Dewas KPK Syamsuddin Harris menjelaskan bahwa para pemeriksa duduk dengan mengangkat kaki, menunjuk-nunjuk saksi Agustri Yogasmara.
Para penyidik itu kemudian menunjuk pelipis kepalanya sendiri sambil mengucapkan kata-kata 'mikirrrrr'. “Mereka memegang mobil-mobilan dan menunjukkan kepada saksi Agustri Yogasmara sambil mengucapkan kata-kata 'sini mulutmu gue masukin ini...' pada 12 Januari 2021 dan seolah-olah akan melemparkan sesuatu kepada saksi Agustri Yogasmara pada saat pemeriksaan berlangsung," ungkap Syamsuddin Harris.
Selain itu pada pemeriksaan pada 13 Januari 2021, Agustri Yogasmara juga dikonfrontasi dengan saksi Harry van Sidabukke dengan diminta untuk meletakkan tangan di atas Al Quran.
"Hal itu juga merupakan sikap yang tidak patut dan tidak pantas dilakukan oleh seorang penyidik dalam melaksanakan tugas," ucap Syamsuddin.