Bisnis.com, JAKARTA — BNPB memperingarkan masyarakat di wilayah tertentu Indonesia mewaspadai dampai tidak langsung siklon tropis Choi-wan.
Sementara Badan Astrotroni dan Geofisika Filipina Pagasa, terus memantau pergerakan badai yang di negeri itu dikenal dengan nama Badai Dante.
Manilla Bulletin melaporkan pada Selasa (1/6/2021) pukul 10.00 waktu setempat pusat badai tropis Dante alias Siklon Choi-wan diperkirakan berada di 235 kilometer timur Kota Maasin, Leyte Selatan. Badai itu diperkirakan akan mendarat di Samar Timur atau Leyte.
Badai Dante telah mempertahankan kecepatan angin maksimum 75 kilometer per jam (kpj) di dekat pusat dan kecepatan hingga 90 kilo meter per jam sambil bergerak ke barat dengan kecepatan 25 kpj.
Sebelumnya, pada pukul 7 pagi, pusat badai tropis Dante diperkirakan berada di 270 km sebelah timur Kota Maasin, Leyte Selatan.
Pagasa mengatakan badai tropis Dante kemungkinan mendarat awal di Samar Timur atau Leyte antara sore dan malam pada 1 Juni 2021.
Pada pukul 4 pagi, Bulletin Manila menyebutkan pusat badai tropis “Dante” diperkirakan berada di 310 km sebelah timur Kota Surigao, Surigao del Norte atau 380 km sebelah timur Kota Maasin, Leyte Selatan.
Asal Usul dan Dampak Choi-wan
Nama Choi-wan digunakan sebagai nama internasional badai Dante untuk menyebut empat siklon tropis di barat laut Samudra Pasifik. Nama Choi-wan disumbangkan oleh Hong Kong, yang berarti "awan warna-warni" dalam bahasa Kanton.
Wikipedia menyebutkan bahwa Topan Choi-wan adalah topan kuat yang menjadi topan super setara Kategori 5 pertama yang terbentuk selama musim topan Pasifik 2009.
Terbentuk pada 11 September 2009, sekitar 1.100 km (700 mil) di sebelah timur Guam, gangguan awal Topan Choi-wan dengan cepat membentuk depresi tropis.
Pada 12 September, depresi meningkat menjadi badai tropis, yang saat itu diberi nama Choi-wan. Hari berikutnya, intensifikasi cepat terjadi hingga 14 September.
Choi-wan mencapai intensitas puncaknya pada 15 September, saat bergerak melalui Kepulauan Mariana Utara. Badan Meteorologi Jepang melaporkan kecepatan angin puncak 195 km/jam (120 mph 10 menit).
Selain itu, Pusat Peringatan Topan Gabungan melaporkan badai tersebut mencapai kecepatan angin 260 km/ jam (160 mph berkelanjutan selama 1 menit). Topan tetap sangat kuat sampai 17 September ketika arus badai melemah.
Topan tersebut mengalami siklus penggantian dinding mata, yang menyebabkan fluktuasi intensitas. Pada 19 September, Choi-wan melemah dengan cepat karena gesekan angin yang kuat menyebabkan konveksi berkurang. Keesokan harinya, sistem tersebut berubah menjadi siklon ekstratropis dan menghilang beberapa jam kemudian di perairan terbuka.
Ketika melewati Kepulauan Mariana Utara, Topan Choi-wan tidak menyebabkan jatuhnya korban jiwa. Namun, setelah badai berlalu, Angkatan Laut Amerika Serikat menganggap Pulau Alamagan tidak dapat dihuni.
Saat itu hanya tersisa satu bangunan yang tidak hancur total. Sebagian besar pohon di pulau itu tumbang. Semua penduduk di pulau itu dievakuasi ke wilayah Saipan yang merupakan lokasi terdekat dari Amamagan.
Dampak ke Indonesia
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau masyarakat untuk waspada dan siap siaga terhadap potensi bencana hidrometeorologi dalam waktu dua hari ke depan.
Hal tersebut disampaikan BNPB berdasarkan analisis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terhadap siklon tropis Choi-Wan yang dapat berdampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca dan gelombang di sekitar wilayah Indonesia.
BMKG mengeluarkan pemutakhiran analisis wilayah dengan potensi tersebut, antara lain wilayah Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara dan Maluku.
“Di samping ancaman bahaya di daratan, potensi cuaca ekstrem juga dapat terjadi di perairan. Analisis cuaca BMKG mencatat potensi prakiraan tinggi gelombang pada dua hari ke depan” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati melalui keterangan tertulis, Selasa (1/6/2021).
Raditya membeberkan gelombang laut dengan ketinggian 2,5 hingga 4 meter berpotensi terjadi di Laut Maluku bagian utara, Laut Halmahera, dan Samudra Pasifik utara Halmahera hingga Papua Barat.
Sedangkan gelombang laut dengan ketinggian 4 hingga 6 meter berpotensi terjadi di Samudra Pasifik utara Papua Barat.
“Potensi bahaya lainnya berupa angin kencang di wilayah Maluku Utara dan Sulawesi Utara,” kata dia.
BNPB mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap potensi bahaya hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, angin kencang dan tanah longsor.
Keluarga dapat mempersiapkan bersama komunitas dalam mengantisipasi dan mencegah bahaya tersebut.
“BNPB telah berkoordinasi dengan BPBD untuk meningkatkan kesiapsiagaan setempat, seperti penyiapan sumber daya, sosialisasi kepada masyarakat, pemantauan ruang udara dan kondisi cuaca, hingga koordinasi dengan dinas-dinas maupun instansi terkait lain,” tuturnya.
Sementara itu, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mencatat bahwa siklon Tropis Choi-Wan saat ini memiliki kecepatan angin maksimum di sekitar sistem siklon mencapai 65 km/jam.
“Diperkirakan dalam periode 24 jam ke depan, intensitas siklon tropis Choi-Wan akan mengalami peningkatan intensitas dengan arah gerak terus menjauhi wilayah Indonesia,” ujar Guswanto dalam rilisnya, Senin (31/5/2021).