Bisnis.com, JAKARTA - Program vaksinasi Covid-19 yang sedang berjalan di Tanah Air boleh dikatakan tak sepenuhnya berjalan mulus. Ditemukannya kasus kematian usai pemberian vaksin AstraZeneca menimbulkan keraguan masyarakat terhadap vaksin tersebut.
Salah satu yang mengungkapkan keraguannya adalah Dimas, pengemudi ojek daring di Jakarta. Dia mengaku enggan menerima suntikan vaksin Covid-19 dalam waktu dekat setelah mendapatkan informasi kematian tak lama setelah pemberian vaksin buatan Inggris itu.
“Sekarang nggak dulu deh. Masih [pakai] AstraZeneca katanya. Tunggu nanti aja kalau udah nggak pakai itu. Kalau bisa milih maunya ya seperti [yang digunakan] Raja Salman, Pfizer,” katanya ketika ditemui Bisnis, Kamis (20/5/2021).
Setali tiga uang, Rahma, seorang pekerja swasta di Jakarta memutuskan untuk menunda vaksinasi terhadap orangtuanya yang sudah berusia lanjut. Alasannya tentu saja menghindari pemberian vaksin AstraZeneca.
“Nggak bisa memilih mau pakai vaksin apa, terakhir dengar masih pakai AstraZeneca. Kalau begitu ya mending nanti aja. Orangtua juga takut efek sampingnya parah seperti yang diberitakan,” ujarnya.
Seperti diketahui, tiga orang dikabarkan meninggal dunia usai menerima vaksin AstraZeneca. Salah satunya bahkan masih berusia 22 tahun dan diketahui tak memiliki riwayat penyakit penyerta atau komorbid.
Baca Juga
Ketua Komite Nasional Pengkajian dan PenanggulananKejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas PP KIPI) Hindra Irawan Safari mengatakan tiga kasus kematian itu dilaporkan dua di Jakarta dan satu di Ambon, Maluku. Dua kasus, yaitu pria berusia 60 tahun di Jakarta dan pria 45 tahun di Ambon dinyatakan tak terkait dengan pemberian vaksin AstraZeneca.
Kasus yang terjadi di Ambon, penerima vaksin ternyata sudah terinfeksi Covid-19 terlebih dahulu. Sementara itu, untuk yang di Jakarta penerima diketahui memiliki komorbid radang paru-paru atau pneumonia dan meninggal dunia empat hari setelah melaporkan keluhannya ke Puskesmas atau lima hari berselang setelah menerima vaksin.
“Jadi bukan gara-gara vaksinnya, tapi karena memang radang paru sebelum vaksin. Sehari sebelun vaksinasi memang sudah sesak [nafas],” katanya pada Kamis (20/5/2021).
Adapun, untuk kasus yang dialami oleh pria berusia 22 tahun di Jakarta hingga kini masih dalam proses penyelidikan. Pihaknya mengaku mengalami kesulitan saat menelusuri penyebab kematian tersebut karena tidak ada data medis yang tersedia pascakeluhan yang dilaporkan usai vaksinasi.
“Death on arrival, nggak ada data. Datang sudah meninggal. Nggak ada CT-scan kepala, jadi sulit mengatakan kalau ini terkait dengan imunisasi,” ungkapnya.
Sebagai tindak lanjut dari ketiga kasus tersebut, penggunaan vaksin AstraZeneca batch CTMAV547 telah dihentikan untuk sementara. Menurut Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Penny K. Lukito, pihaknya masih menganalisis hubungan sebab akibat dari penggunaan vaksin tersebut dan KIPI yang dilaporkan terjadi.
“Kami sedang melakukan analisa kausalitas penggunaan Vaksin Covid-19 AstraZeneca dan KIPI, antara lain riwayat penyakit penerima vaksin termasuk riwayat alergi, gejala yang dialami, waktu mulai gejala dirasakan,” katanya pada Rabu (19/5).
Jangan Pilih-Pilih
Sementara itu, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Tingkat Pusat dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) dr Reisa Broto Asmoro mengimbau masyarakat untuk tidak memilih-milih jenis vaksin yang akan diterima. Dia menegaskan bahwa seluruh vaksin yang tersedia di Indonesia saat ini telah melalui sejumlah tahapan untuk memastikan keamanan, mutu, dan khasiatnya.
“Masyarakat tak perlu memilih-milih vaksin. Semua vaksin yang masuk ke Indonesia sudah mendapatkan EUA [emergency use authorization], melalui uji klinis yang berlapis, dan memenuhi standar efikasi dari WHO [World Health Organization] yaitu di atas 50 persen," katanya pada Jumat (21/5/2021).
Terkait dengan kasus kematian yang terjadi usai menerima vaksin AstraZeneca, Reisa menyebut masyarakat tak perlu terlalu khawatir karena persentasenya sangat kecil dibandingkan dengan keseluruhan penerima vaksin tersebut. Menurutnya, manfaat dari vaksin tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan efek sampingnya.
“Manfaatkan vaksin yang sudah ada, jika ragu dengan kondisi tubuh boleh lakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Jangan sampai ketakutan dengan hoaks yang beredar tentang efek samping vaksin. Selain itu, poin utamanya adalah AstraZeneca ini paling banyak digunakan di seluruh dunia juga,”
Pakar imunisasi Elizabeth Jane Soepardi menegaskan bahwa vaksin AstraZeneca aman dan sudah digunakan hingga 1 miliar dosis di seluruh dunia. Selain masuk dalam daftar penggunaan darurat [emergency use listing/EUL] vaksin Covid-19 WHO, vaksin tersebut juga sudah mengantongi EUA dari otoritas kesehatan di 70 negara di dunia, termasuk Indonesia.