Bisnis.com, JAKARTA - Mencium hajar aswad menjadi salah satu keinginan para jemaah saat menunaikan ibadah haji atau umrah.
Meski begitu, mencium hajar aswad bukanlah bagian dari rukun haji. Aktivitas mencium hajar aswad semata untuk mengikuti apa yang pernah dilakukan Nabu Muhammad SAW. Itu sebabnya mencium hajar aswad disebut sunah nabi.
Sementara itu, seperti ditulis situs almanhaj.or.id, ibadah pertama yang dilakukan oleh setiap kaum Muslimin yang hendak menunaikan ibadah haji atau umrah setibanya di Mekah adalah ibadah thawaf.
Menurut Imam Bukhâri dan Imam Muslim, dalam salah satu haditsnya, dari Aisyah Radhiyallahu anhuma diriwayatkan bahwa yang pertama kali dilakukan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika di Mekah adalah berwudhu kemudian melakukan ibadah thawaf.
Hadits yang diriwayatkan Imam Muslim menyebutkan keterangan dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu anhu tentang ibadah haji. Disebutkan bahwa ketika sampai di Kakbah, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengusap hajar aswad lalu berlari-lari kecil tiga putaran dan berjalan empat putaran.
Hadits lain dari Imam al-Bukhâri dan Imam Muslim meriwayatkan ketika tiba di Mekah jika telah mengusap hajar aswad, diawal ibadah thawaf, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mempercepat langkah pada tiga putaran (pertama) dari tujuh putaran.
Baca Juga
Imam Muslim meriwayatkan hadits dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu anhu menyebutkan ketika tiba di Mekah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki masjidil Haram lalu mengusap hajar aswad, kemudian berlalu di arah sebelah kanan hajar aswad. Nabi berlari kecil pada tiga putaran dan berjalan pada empat putaran.
Adapun, kaum Muslimin mencium atau mengusap hajar aswad dalam rangka mengikuti Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menjadikan Nabi sebagai teladan.
Jadi, kegiatan mencium atau mengusap hajar aswad bukan karena meyakini bahwa batu hitam tersebut bisa mendatangkan manfaat atau bisa mendatangkan celaka.
Terkait hal itu, Amirul Mukminin Umar bin al-Khattab Radhiyallahu anhu pernah mengatakan, "Sesugguhnya saya tahu bahwa kamu itu hanya sebongkah batu yang tidak bisa mendatangkan manfaat juga tidak bisa mendatangkan bahaya. Kalau bukan karena saya melihat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, maka saya tidak akan menciummu". [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]
Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahullah mengatakan, “Umar Radhiyallahu anhu mengucapkan perkataan itu karena manusia kala itu belum lama meninggalkan peribadatan mereka terhadap berhala-berhala. Umar Radhiyallahu anhu khawatir orang-orang bodoh mengira bahwa mengusap Hajar Aswad merupakan bentuk pemuliaan terhadap sebagian batu, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang Arab pada masa jahiliyah. Umar Radhiyallahu anhu ingin memberitahu manusia bahwa mengusap hajar aswad itu hanya dalam rangka mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , bukan karena batu itu bisa memberikan manfaat atau mendatangkan bahaya, sebagaimana keyakinan orang-orang Arab terhadap berhala-berhala mereka."
Jadi, yang disyariatkan terkait hajar aswad itu adalah menciumnya saja atau mengusapnya dengan tangan jika tidak memungkinkan untuk menciumnya atau memberikan isyarat kearahnya jika tidak memungkinkan melakukan dua hal di atas.
Dalam kitab Shahih al-Bukhâri dan Shahih Muslim, Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhuma menyebutkan, "Saya tidak pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusap bagian dari Kabah kecuali dua rukun yamani (yaitu Hajar Aswad dan Rukun Yamani)
Berdasarkan keterangan ini diketahui bahwa tidak disyariatkan mengusap bagian manapun dari Kabah selain dua ini, yaitu Hajar Aswad dan Rukun Yamani.
Keduanya disebut rukun yamani karena kedua pojok tersebut menghadap kearah Yaman.
Selain itu, rukun-rukun (pojok-pojok) Kakbah lainnya tidak ada yang disyariatkan untuk diusap. Hajar aswad diusap dan dicium, sementara Rukun Yamani hanya diusap, tidak dicium.
Foto Hajar aswad
Belakangan ini foto hajar aswad atau batu hitam di Kakbah kini bisa dilihat dengan akurasi dan kualitas tinggi.
Dengan menggunakan teknik fokus panorama bertumpuk, foto-foto hajar aswad dengan kejernihan berbeda digabungkan untuk menghasilkan satu foto dengan tingkat akurasi dan kualitas tinggi.
Setidaknya dibutuhkan waktu tujuh jam untuk mengambil foto hingga 49.000 megapiksel.
Presidensi Umum Urusan Dua Masjid Suci Arab Saudi baru-baru ini mendokumentasikan foto Hajar Aswad yang berada di dalam Masjidil Haram tersebut.
Hajar Aswad (Reasahalharmain)
Dilansir Tribune, Selasa (4/5/2021), ini adalah kali pertama dunia bisa melihat lebih dekat Hajar Aswad.
Gambar yang diambil sangat jelas sehingga setiap orang bisa melihat setiap bagian batu yang tidak terlihat sebelumnya.
Hajar aswad yang menempel di sudut Kakbah sebelah tenggara. Dari arahnya orang mulai dan mengakhiri tawaf dalam melaksanakan ibadah haji dan umrah
Hajar aswad terlihat seperti satu batu yang terlindung dalam bingkai perak. Sebetulnya hajar aswad terdiri dari delapan batu kecil yang digabung dengan frankincense Arab.
Frankincense dikenal sebagai minyak yang terbuat dari getah pohon Boswellia. Menurut wikipedia, Frankincense Arab juga disebut Olibanum. Resin aromatik yang diperoleh dari pohon dari genus Boswellia, terutama Boswellia sacra, B. carteri, B. thurifera, B. frereana, dan B. bhaw-dajiana (Burseraceae), ini digunakan sebagai bahan dupa dan parfum.
Batu terkecil pada hajar aswad berukuran tak lebih dari 1 cm, yang terbesar tidak melebihi ukuran 2 cm. Bingkai yang dibuat dari perak berfungsi sebagai pelindung hajar aswad.
Hajar Aswad (Reasahalharmain)
Menurut wikipedia, hajar aswad merupakan sebuah batu yang diyakini oleh umat Islam berasal dari surga. Hajar aswad pertma kali ditemukan Nabi Ismail dan yang meletakkannya adalah Nabi Ibrahim.
Dahulu kala batu ini memiliki sinar yang terang dan dapat menerangi seluruh jazirah Arab. Namun semakin lama sinarnya semakin meredup dan hingga akhirnya sekarang berwarna hitam.
Batu ini memiliki aroma yang unik yang wangi alami sejak awal keberadaannya. Mencium hajar aswad merupakan sunah Nabi Muhammad SAW, karena Nabi selalu menciumnya setiap saat tawaf.