Bisnis.com, JAKARTA - Penggunaan vaksin AstraZeneca bakal menurun di Asia Pasifik seiring dengan keputusan pemerintah di sejumlah negara memilih vaksin dari perusahaan lain akibat isu efek pembekuan darah.
Dilansir Bloomberg pada Senin (12/4/2021), hal itu terjadi setelah negara-negara menghentikan penggunaan vaksin pada orang di bawah 50 tahun dan membatalkan janji bahwa setiap orang di negara itu akan menerima dosis pertama pada bulan Oktober.
Pemerintah Hong Kong mengumumkan tidak akan menerima pengiriman pasokan vaksin yang mereka pesan dari produsen obat Inggris tersebut tahun ini karena lebih memilih vaksin dari BioNTech SE dan Sinovac Biotech Ltd.
Sementara itu, Korea Selatan tetap melanjutkan vaksinasi dengan AstraZeneca pekan ini setelah penangguhan selama sepekan. Mereka akan membatasi penggunaan vaksin kepada orang dewasa berumur 30 - 60 tahun.
Menurunnya penggunaan AstraZeneca tercermin dari perkembangan di Eropa, di mana adanya hubungan potensial antara injeksi AstraZeneca dengan kejadian langka pembekuan darah di otak, disertai dengan tingkat trombosit yang rendah.
Adapun di Asia di mana virus dapat diatasi lebih baik dan risiko yang lebih rendah, tetapi resistensi terhadap suntikan mungkin lebih kuat.
Baca Juga
“Ketika regulator di beberapa negara mengatakan manfaatnya mungkin masih lebih besar daripada risikonya, mereka merujuk pada situasi vaksin masih dapat menyelamatkan lebih banyak nyawa dari kematian terkait Covid-19 daripada yang meninggal karena sindrom ini,” kata Nikolai Petrovsky, seorang profesor di Perguruan Tinggi Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat di Universitas Flinders di Australia Selatan.
“Dalam konteks Australia, di mana saat ini kami tidak memiliki kematian akibat Covid-19, hubungan risiko-manfaat dari vaksin AstraZeneca sangat berbeda, terutama ketika vaksin lain berpotensi tersedia yang tampaknya tidak menunjukkan risiko ini,” lanjutnya.
Saat ini kasus kematian akibat Covid-19 di Australia hampir nol dibandingkan dengan China, Singapura, dan Taiwan.
Rendahnya tingkat vaksinasi dapat berdampak kepada kekebalan komunitas global. Dunia dapat menjadi aman jika ada banyak orang yang memiliki kekebalan dari infeksi alami atau vaksin, sehingga virus tidak lagi mudah menyebar.
Hingga hari itu tiba, masih ada risiko bahwa varian baru akan muncul saat patogen bermutasi, berpotensi meniadakan kekebalan yang diperoleh dari paparan sebelumnya.
Kasus Korea Selatan menjadi salah satu contoh dilema yang dihadapi sebuah negara yang bergantung hanya kepada vaksin milik AstraZeneca.
Setelah menyuntikkan lebih dari 1 juta dosis, pemerintah Korea Selatan menangguhkan sementara penggunaan AstraZeneca pada orang di bawah 60 tahun akibat ada kaitan dengan masalah pembekuan darah.
Namun, dua dari tiga kasus dikatakan tidak berkaitan dengan vaksin. Badan Obat-obatan Eropa menyebutnya tidak termasuk efek samping vaksin karena pasien tidak mengalami penurunan kadar trombosit.
Untuk itu, pemerintah Korsel kini menetapkan bahwa manfaat vaksin tidak lebih besar daripada risiko pembekuan darah langka pada orang berusia di bawah 30 tahun.
Pemerintah Hong Kong mengatakan masih memiliki cukup suplai dan tengah dalam pembicaraan dengan produsen vaksin untuk mengirim imunisasi generasi baru yang dapat melindungi dari varian baru dengan lebih baik.
Sementara itu, Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan dia tidak yakin kapan warga negaranya akan memiliki akses kepada vaksinasi karena masalah AstraZeneca.
Pemerintah berharap vaksin akan tersedia pada akhir tahun. "Tidak mungkin untuk menetapkan target seperti itu mengingat banyaknya ketidakpastian," kata Morrison.