Bisnis.com, JAKARTA - Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat, khususnya di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk mewaspadai dampak cuaca ekstrem yang dipicu Siklon Tropis Seroja dan diperkirakan masih akan terjadi hingga lusa, Rabu (7/4/2021).
Hal itu ditegaskan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers terkait penanganan dampak bencana alam tersebut bersama sejumlah pemangku kepentingan lain, Senin (5/4/2021) malam.
Menurutnya, yang perlu diwaspadai saat ini adalah angin kencang dan curah hujan tinggi yang masih akan terjadi di seluruh wilayah NTT.
"Juga gelombang tinggi yang perlu diwaspadai terutama di sekitar pantai," jelasnya dalam konferensi pers tersebut.
Dwikorita menjelaskan bahwa posisi siklon itu sudah mengarah ke Barat Daya dan diprediksi kian menjauh dari wilayah Indonesia.
"Tanggal 6 jaraknya semakin menjauh, maka semakin melemah dan akhirnya tanggal 7 juga semakin melemah dan diharapkan akan nanti memasuki Australia," jelasnya.
Baca Juga
Dwikorita menjelaskan bahwa pada hari ini kekuatan siklon meningkat dibandingkan sebelumnya. Bila sebelumnya kekuatannya hanya 35 km per jam, maka siklon hari ini bisa mencapai 85 km per jam.
Menurutnya, pada tanggal 6 dan 7 nanti sejumlah kecamatan di beberapa kabupaten akan mengalami hujan dengan intensitas berbeda yakni mulai sedang hingga lebat. Hujan itu diperkirakan terjadi sejak pagi, siang, malam dan hingga dini hari.
"Ini sebagian besar hujan lebat, misalnya...di Waingapu, di Sabu, juga di Kupang,.. Atambua. Ini masih banyak lagi tetapi secara umum di Nusa Tenggara Timur masih mengalami hujan," ujarnya.
Wilayah Adonara, Flores Timur, kata Dwikorita, juga masih akan diguyur hujan dengan intensitas sedang sejak pagi besok hingga hari berikutnya.
"Mulai jam 8 pagi besok pagi tanggal 6 hingga tanggal 7 jam 8 paginya, selama 24 jam," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Doni Monardo menegaskan bahwa pemerintah pusat tidak akan menetapkan status darurat bencana nasional terkait bencana alam di sejumlah wilayah di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang dipicu cuaca ekstrem.