Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dubes Myanmar Untuk PBB Minta Sanksi Kepada Militer Diperkuat

Kyaw Moe Tun mengatakan komunitas internasional harus mengambil seluruh langkah yang diperlukan terhadap militer Myanmar.
Seorang biarawati Suster Ann Rose Nu Tawng (kedua kanan) berlutut di depan aparat kepolisian untuk memohon agar menahan diri dari kekerasan terhadap anak-anak dan penduduk di tengah unjuk rasa anti kudeta militer di Myitkyina, Myanmar, Senin (8/3/2021) seperti terlihat di dalam foto yang diambil dari potongan video./Antara-Reuters
Seorang biarawati Suster Ann Rose Nu Tawng (kedua kanan) berlutut di depan aparat kepolisian untuk memohon agar menahan diri dari kekerasan terhadap anak-anak dan penduduk di tengah unjuk rasa anti kudeta militer di Myitkyina, Myanmar, Senin (8/3/2021) seperti terlihat di dalam foto yang diambil dari potongan video./Antara-Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Duta Besar Myanmar untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa Kyaw Moe Tun mendesak komunitas internasional memperkuat sanksi dan tidak mengakui kekuasaan militer negeri itu.

Kyaw Moe Tun menyampaikan dalam wawancara dengan Perusaahan Penyiaran Jepang (Nippon Hoso Kyokai/NHK), Senin (22/3/2021), bahwa dirinya tetap menjadi duta besar PBB.

Kyaw Moe Tun dilaporkan dipecat oleh militer setelah mengecam lembaga itu dalam Sidang Umum PBB. Kyaw diketahui menghadapi ancaman penahanan setelah didakwa melakukan pengkhianatan.

Kyaw Moe Tun mengatakan komunitas internasional harus mengambil seluruh langkah yang diperlukan terhadap militer Myanmar.

Ia menambahkan bahwa sanksi terhadap militer itu harus "terkoordinasi, memiliki target, dan lebih kuat."

Sementara itu, TV negara Myanmar mengutip pidato dari pemimpin militer Jenderal Senior Min Aung Hlaing, yang mengatakan bahwa negaranya harus dilindungi dari ancaman luar.

Analis mengatakan sejumlah tindakan keras terhadap pengunjuk rasa antikudeta mungkin terjadi menjelang sebuah upacara untuk menandai peringatan militer yang dijadwalkan pada Sabtu.

Para pengunjuk rasa di Kota Monywa dan lainnya menghadapi pembersihan pada Minggu (21/03/2021). Media lokal melaporkan dua orang tewas.

Sebuah kelompok HAM setempat mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan bahwa jumlah kematian yang terkait dengan pembersihan sejak kudeta 1 Februari 2021 telah meningkat menjadi 247 orang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rezha Hadyan
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper