Bisnis.com, JAKARTA – Airbnb Inc. mengumumkan pendapatan dari penjualan pada kuartal IV/2020 hanya turun 22 persen menjadi US$859 juta, jauh dari estimasi pasar yang memprediksi senilai US$739,7 juta.
Dilansir Bloomberg, Jumat (26/2/2021), reservasi atraksi dan kamar per malam yang merepresentasikan jumlah tamu yang menginap dan reservasi atraksi tercatat turun 39 persen year on year menjadi US$46,3 juta sedangkan pemesanan bruto turun 31 persen menjadi US$5,9 miliar.
Pandemi Covid-19 terus menekan industri perjalanan setelah jumlah kasus meningkat signifikan pada musim dingin sehingga memicu lockdown dan pembatasan mobilitas. Tak hanya itu, distribusi vaksin pun masih mengalami hambatan akibat terbatasnya suplai.
Airbnb adalah salah satu di antara perusahaan yang terpukul hebat akibat pandemi ini sehingga hampir membatalkan rencana melantai di bursa. Per April, reservasi kamar dan atraksi terjun bebas 72 persen. Perusahaan ini juga harus meluncurkan kebijakan pengembalian dana seluruhnya dan telah mengembalikan dana lebih dari US$1 miliar.
Meski demikian, kondisi Airbnb jauh lebih baik dibandingkan para rivalnya seiring dengan tingginya minat masyarakat untuk sekadar berlibur di pedesaan, bekerja di hotel, atau berkendara di gunung di tengah tren work from home.
Kondisi work from home ini juga memicu adanya tren reservasi property lebih lama dibandingkan biasanya.
Baca Juga
Airbnb mulai melihat bisnisnya stabil pada musim gugur yang berakhir dengan kesuksesannya melantai di bursa pada akhir tahun lalu. Sejak itu, harga sahamnya melesat hingga 165 persen sehingga memacu valuasi perusahaan dengan nilai lebih dari US$100 miliar atau lebih tinggi dibandingkan Expedia Group Inc. atau Booking Holdings Inc.
Airbnb melaporkan kerugian senilai US$3,9 miliar pada tahun lalu, lebih tinggi dibandingkan kerugian pada 2019 senilai US$351,5 juta.
“Kami telah didukung oleh ketahanan dan pemulihan yang berkelanjutan sehingga kami optimis terhadap prospek ke depan,” kata Airbnb dalam laporannya.
Kendati demikian, perusahaan ini melihat prospek yang terbatas pada2021 akibat masih terbatasnya program vaksinasi yang akan mempengaruhi minat liburan.
Chief Executive Officer Brian Chesky sempat berharap distribusi vaksin yang merata akan berujung pada tingginya minat berlibur pascapandemi.
“Minat berlibur akan kembali dan kami akan fokus untuk memfasilitasi peningkatan tersebut,” katanya.