Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah strategi dikerahkan pemerintah guna mengejar target vaksinasi Covid-19 dalam waktu 12 bulan.
Juru Bicara Pemerintah Untuk Vaksinasi dari Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan, akselerasi dilakukan dengan menambah pelayanan kesehatan masyarakat (fasyankes) yang mampu melakukan vaksinasi.
Kemudian, pemerintah juga akan menambah vaksinator atau tenaga kesehatan (nakes), baik dokter, perawat, asisten perawat, atau bidan yang akan menyuntikkan vaksin. Belakangan bahkan TNI-Polri juga ikut menyediakan puluhan ribu vaksinator demi percepatan penyuntikan vaksin ini.
Selain itu, Kementerian Kesehatan juga menambah kecepatan rasio penyuntikan yang semula 40 persen diharapkan bisa mencapai 60 persen. Nadia menyebut sejumlah metode vaksinasi pun dilakukan, mulai penyuntikan secara massal dan nantinya mungkin bergerak ke tempat terpusat seperti dibuatnya pos vaksin.
"Kita harus kerja keras bahkan presiden bilang harus bisa 1 juta dosis per hari," ujarnya kepada Bisnis baru-baru ini.
Epidemiolog dari Universitas Indonesia dr. Syahrizal Syarif mengatakan dibutuhkan ketersediaan vaksin, peran masyarakat, kepemimpinan, hingga gerakan massal agar program vaksinasi ini berhasil dan Indonesia bisa mencapai kekebalan kelompok atau herd immunity.
Dia menjelaskan, Covid-19 adalah jenis penyakit yang jika terinfeksi dan kemudian sembuh, tidak memberikan kekebalan permanen, berbeda dengan campak atau rubela.
"Peranan vaksinasi menjadi penting, kita kalau rentan mendapatkan vaksin, terbentuk sistem kekebalan," ujarnya pada sebuah diskusi virtual baru-baru ini.
Dari penelitian yang dilakukan, untuk mencapai herd immunity memang tidak perlu seluruh penduduk Indonesia divaksin. Setelah dihitung kata Syarif, cakupannya cukup 70 persen dari jumlah populasi saja. Pasalnya, herd immunity terkait dengan seberapa cepat penularan terjadi di masyarakat, dimana pada Covid-19, satu orang terinfeksi bisa menularkan 3-4 orang lainnya.
"Kalau vaksin Covid-19 sebanyak 70 persen saja, artinya vaksinasi 70 persen, akan memberi perlindungan 3o persen lainnya yang tidak divaksin. Ini kekebalan kelompok. Herd immunity hanya bisa dicapai dengan imuisasi yang luas," jelasnya.
Namun, yang pasti dia menegaskan, herd immunity tidak bisa dibangun dengan membiarkan semua orang harus terinfeksi Covid-19 terlebih dahulu. Perlu vaksin untuk mecapainya.
Apalagi faktanya, orang yang sembuh dari Covid-19 membangun sistem kekebalan tubuh dari virus tersebut hanya dalam waktu 3-6 bulan.
"Kalau divaksin punya kekebalan, tapi tidak melindungi, dia bisa terkena, tapi kalau terkena punya sistem kekebalan," sambung Syarif.
Dia menjamin bahwa vaksin yang telah disetujui untuk dipakai di Indonesia aman dan halal. Apalagi, sejumlah vaksin seperti Sinovac aman diberikan kepada lansia.
Kendati demikian, dia mengingatkan efektifitas tingkat perlindungan di masyarakat baru bisa dihitung setelah 70 persen penduduk itu menerima vaksin.
Dia mengimbau bagi masyarakat yang sudah divaksin, tetap mematuhi protokol kesehatan dengan tidak mengabaikannya.
"Tetap protokol 3M bahkan kurangi mobilisasi dan kerumunan," tegas Syarif.