Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintahan Myanmar yang sekarang dikuasai militer memerintahkan penyedia layanan internet untuk memblokir Twitter dan Instagram.
Perintah ini memperketat pengamanan di media sosial sejak kudeta militer dimulai. Telenor, salah satu penyedia internet utama negara itu, mengkonfirmasi telah diperintahkan untuk menutup akses ke kedua situs sosial media sampai pemberitahuan lebih lanjut
Sebelumnya, para pemimpin kudeta memblokir Facebook pada hari Kamis (4/2/2021), demi 'stabilitas.'
"Telenor Group sangat prihatin dengan perkembangan ini di Myanmar, dan menekankan bahwa kebebasan berekspresi melalui akses ke layanan komunikasi harus dijaga setiap saat, terutama selama masa konflik," tulis perusahaan dalam keterangan resmi yang dikutip melalui Bloomberg, Sabtu (6/2/2021).
Perintah itu muncul setelah protes terhadap kudeta yang menggulingkan mantan pemimpin Aung San Suu Kyi.
Suu Kyi telah meminta para pendukungnya untuk melawan para jenderal Myanmar, yang merebut kekuasaan pada 1 Februari setelah mengklaim tanpa memberikan bukti bahwa kemenangan telaknya dalam pemilihan November lalu dinodai dengan penipuan.
Di sisi lain, militer Myanmar bersikeras untuk mengadakan pemilihan ulang setelah keadaan darurat selama setahun.
Dilansir melalui BBC, masyarakat Myanmar menyaksikan kudeta 1 Februari terungkap secara real time di Facebook, yang merupakan sumber informasi dan berita utama negara itu. Tetapi tiga hari kemudian, penyedia internet diperintahkan untuk memblokir platform tersebut karena alasan stabilitas.
Kondisi di Myanmar, yang juga dikenal sebagai Burma, sebagian besar tetap tenang setelah kudeta.
Namun ada sejumlah demonstrasi di berbagai bagian negara, dengan penduduk di beberapa kota melakukan protes malam hari dari rumah mereka, memukul panci dan wajan, serta menyanyikan lagu-lagu revolusioner. Ada juga flash mob di siang hari.