Bisnis.com, JAKARTA - Pegiat media sosial Permadi Arya alias Abu Janda mengungkapkan postingannya di media sosial diplintir dan dipolitisasi oleh banyak pihak.
Hal tersebut, kata Permadi, telah disampaikan ke tim penyelidik Bareskrim Polri saat dirinya masih diperiksa sebagai saksi kasus rasisme terhadap eks Komnas HAM Natalius Pigai. Dia dicecar 20 pertanyaan pada hari ini Kamis (4/2/2021).
"Saya menduga ini kok seperti ada motif politik dan ingin melestarikan panasnya kasus Ambroncius Nababan," tuturnya, Kamis (4/2/2021).
Permadi menjelaskan bahwa postingannya yang bernada rasisme terhadap Natalius Pigai sempat diunggah pada 2 Januari 2021. Namun, menurut Permadi, tidak sampai satu jam, postingan itu sudah dihapus karena ada komentar bahwa hal tersebut diduga masuk kategori pidana body shaming terhadap Natalius Pigai.
"Jadi kalau mau dilaporkan, ya laporkan saja waktu tanggal 2 Januari 2021 lalu itu," katanya.
Sebelumnya, Permadi Arya juga telah memenuhi panggilan penyidik Bareskrim Polri pada hari ini Senin (1/2/2021). Dia diperiksa sebagai terlapor terkait kasus dugaan tindak pidana ujaran kebencian dengan menyebut Islam Agama Arogan melalui media sosial Twitter dengan nama akun @permadiaktivis1.
Baca Juga
Direktur Tindak Pidana Siber pada Bareskrim Polri Brigjen Pol Slamet Uliandi mengemukakan bahwa Permadi Arya alias Abu Janda sudah hadir memenuhi panggilan dan diklarifikasi keterangannya. "Sudah hadir," kata Slamet, Senin (1/2/2021).
Abu Janda diduga melanggar Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informatika dan Transaksi Elektronik (ITE) Pasal 28 ayat 2, Penistaan Agama Undang-Undang 1 Tahun 1946 tentang KUHP Pasal 156A.
Dugaan tindak pidana dilakukan melalui akun Twitter @permadiaktivis1 pada 25 Januari 2021. Cuitannya adalah "Islam memang agama pendatang dari Arab, agama asli Indonesia itu sunda wiwitan, kaharingan dll. dan memang arogan, mengharamkan tradisi asli, ritual orang dibubarkan, pake kebaya murtad, wayang kulit diharamkan. kalo tidak mau disebut arogan, jangan injak2 kearifan lokal."