Bisnis.com, JAKARTA - Tanggal 25 Januari 2021 menandai satu tahun Covid-19 di Malaysia ketika tiga warga negara China memasuki Negeri Jiran ini melalui Johor dari Singapura pada 20 Januari 2020.
Pada masa awal penyebaran, temuan kasus di Malaysia merupakan kasus yang dibawa dari luar negeri. Barulah, pada 4 Februari 2021, Malaysia mencatatkan kasus lokal pertama.
Sejak saat itu, jumlah kasus di Malaysia meningkat tajam. Per Sabtu (23/1/2021), angka kumulatif kasus Covid-19 di negara ini telah mencapai 180.455 dengan kasus aktif 42.769 jiwa.
Pada pertengahan Januari lalu, Malaysia memutuskan memberlakukan status darurat nasional hingga 1 Agustus 2021.
Dikutip dari ABC, Perdana Menteri Malaysia Muhyidin mengatakan sistem layanan kesehatan sekarang ini kewalahan menghadapi penyebaran Covid-19, sehingga perlu dilakukan lockdown lagi selama dua minggu dan perbatasan perjalanan antar negara bagian mulai 13 Januari 2021 hingga 27 Januari 2021.
Menteri Senior Datuk Seri Ismail Sabri Yaakob mengatakan pada awal penyebaran Covid sekitar bulan Maret, masyarakat mengikuti larangan dari pemerintah untuk tidak keluar rumah. Namun, seiring berjalannya waktu, masyarakat merasa kehidupannya kembali normal karena sudah tidak ada Perintah Kendali Pergerakan (MCO).
Baca Juga
"Hampir seluruh sektor ekonomi dibuka dan bahkan kegiatan sosial, seperti pesta dan olah raga diperbolehkan, membuat masyarakat merasa aman dari Covid-19. Meski aturan pemakaian masker sudah dicermati, namun kegiatan massa tetap berlangsung, terutama saat pemilihan umum negara bagian Sabah," ujar Menteri Senior Malaysia tersebut dalam wawancara dengan Bernama seperti dilansir The Star.
Menurutnya, aturan jarak fisik hampir tidak dipenuhi sama sekali.
"Saat itu, salah satu penyebab meningkatnya kasus di Sabah adalah karena adanya pendatang asing dan menyebar di masyarakat, selanjutnya ke semenanjung, setelah pemilu usai," katanya.