Bisnis.com, JAKARTA - Efikasi vaksin Covid-19 bersutan Sinovac Biotechnology Ltd. dari data interim uji klinis tahap III di Bandung, Jawa Barat hanya mencapai level 65,3 persen. Namun demikian, beberapa pihak memiliki pengertian lain.
Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Indonesia mendata, ada 25 subjek penelitian yang terjangkit Covid-19 selama 3 bulan uji klinis tahap III berlangsung. Dari 25 subjek tersebut, 7 pasien merupakan subjek yang mendapatkan vaksin, sementara 18 lainnya mendapatkan plasebo.
"[Tapi, penurunan angka imunogenisitas] cuma sedikit, dari 99,74 persen [setelah 14 hari pasca imunisasi] menjad 99,23 persen setelah 3 bulan. Jadi, sangat bagus dan bertahan lama [imunogenisitasnya]," kata Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Kusnadi Rusmil dalam konferensi pers virtual, Sabtu (23/1/2021).
Kusnadi menyatakan, CoronaVac yang menjadi vaksin Covid-19 buatan Sinovac memiliki tingkat keamanan yang baik. Menurutnya, hal tersebut ditunjukkan dengan gejala ringan setelah imunisasi seperti nyeri pada tempat suntikan, myalgia, dan rasa lelah.
Sementara itu, Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) Hindra Irawan mengatakan, efikasi CoronaVac memang lebih rendah dari vaksin lain yang telah atau sedang melalui uji klinis tahap III. Namun demikian, Hindra menilai dampak positif vaksin CoronaVac lebih banyak.
"Kalau tidak divaksin, punya risiko 2,5 kali untuk menderita Covid-19. Itu cara lain untuk menilai efikasi. Jadi, kalau divaksin lebih rendah risiko untuk terkena Covid-19 nya," ucapnya.
Baca Juga
Dokter Inda Mutiara selaku Kepala Puskesmas Kramatjati mengungkapkan, bahwa sejauh pengamatannya, lingkungan sekitarnya antusias dan tidak ada penolakan baik dari rekan tenaga Kesehatan (nakes) maupun masyarakat sekitar terhadap vaksin Covid-19.
Tidak adanya reaksi lanjutan pada dokter Fajri setelah divaksin Covid-19 juga dirasakan oleh Inda.
“Teman nakes lain ada yang mengalami demam, nyeri, lemas, ada yang jadi merasa lapar terus, hingga ngantuk. Reaksi ini wajar dan masuk dalam kategori ringan. Kalaupun ada demam itu wajar sebagai suatu reaksi dalam pembentukan imunitas dalam tubuh,” katanya.
Kepada masyarakat luas, Fajri berpesan agar tidak usah mendengarkan hoaks.
“Saya melihat sendiri laporan terkait vaksin ini untuk mendapatkan kajian ilmiahnya. Dari laporan Badan Pengawas Obat dan Makanan [BPOM] maupun yang dari Brasil menunjukkan bahwa relatif aman dengan KIPI di bawah 1 persen, rendah sekali,” jelas Fajri.
Dia menambahkan, vaksin sudah hadir untuk membantu upaya mengatasi pandemi Covid-19. Namun, yang juga perlu dipahami vaksinasi ini butuh proses untuk mencapai proteksi maksimal.
“Oleh karena itu, semua lapisan masyarakat tetap harus disiplin protokol kesehatan 3M, memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak,” kata Fajri.