Bisnis.com, JAKARTA - Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono mengomentari dinamika politik di Amerika Serikat dan memuji sosok Wakil Presiden AS Mike Pence.
SBY menilai sosok Mike Pence yang kembali maju mendampingi Donald Trump pada Pilpres AS 2020 ini berjiwa kesatria yakni menerima hasil pilpres AS dengan Joe Biden sebagai Presiden AS yang terpilih.
“Saya respek kepada Wapres Mike Pence yang tunjukkan karakter kesatrianya dengan menerima hasil Pilpres yang lalu meskipun kalah. Dia tolak “perintah” Trump untuk ubah hasil pemilu karena tak berdasar. Dia hormati konstitusi & demokrasi,” cuit SBY melalui akun Twitter @SBYudhoyono, Rabu (20/1/2021).
Menurutnya, Pence bukan seseorang yang haus kekuasaan dan tidak memanfaatkan kesempatan untuk mengambil alih kepemimpinan meskipun diminta secara resmi oleh DPR AS.
Sebaliknya, Sang Petahana, Donald Trump malah tidak menunjukkan sikap ksatria dengan menuding pilpres berlangsung penuh kecurangan dan tidak bisa menerima hasilnya.
“Tiap pemilu ada yang menang, ada yang kalah. Meskipun berat & menyakitkan, siapapun yang kalah wajib terima kekalahan & ucapkan selamat kepada yang menang. Itulah tradisi politik & norma demokrasi yang baik. Sayangnya, sebagai champions of democracy, ini tidak terjadi di AS sekarang," ujarnya.
Selain itu, sambung SBY, pernyataan Trump soal kecurangan pilpres justru menimbulkan kerusuhan yakni pendudukan Gedung Capitol oleh massa pendukungnya. Dengan demikian, perpindahan kekuasaan yang damai tidak terjadi dan malah dipenuhi perpecahan.
SBY yang merupakan Pendiri Partai Demokrat ini memprediksi bahwa Presiden AS terpilih Joe Biden akan kesulitan merekonsiliasi dua kubu yang berseberangan yakni para pendukungnya dan pendukung Trump.
“Kali ini pergantian kekuasaan yang damai (smooth & peaceful) tak terjadi di AS. Transisi kekuasaan dibarengi luka, kebencian & permusuhan. Ini petaka bagi AS yg politiknya terbelah (deeply divided). Energi Biden bisa habis utk satukan AS hadapi tantangan ke depan," ujar SBY.
Bagi para pencinta demokrasi, drama politik di AS saat ini dapat dipetik pelajarannya. Pertama, sistem demokrasi tidaklah sempurna, terutama implementasinya. Ada wajah baik & wajah buruk dalam demokrasi. Namun, tidak berarti sistem otoritarian & oligarki lebih baik. *SBY*
— S. B. Yudhoyono (@SBYudhoyono) January 20, 2021
Sebelumnya, SBY juga menyebut Pilpres AS yang diselenggarakan pada Desember 2020 lalu penuh dengan drama. Mulai dari sang petahana Donald Trump yang belum bisa menerima kekalahannya, menuding pilpres penuh kecurangan, hingga kerusuhan oleh massa pendukungnya yang terjadi beberapa waktu lalu.
“Bagi para pencinta demokrasi, drama politik di AS saat ini dapat dipetik pelajarannya. Pertama, sistem demokrasi tidaklah sempurna, terutama implementasinya. Ada wajah baik & wajah buruk dalam demokrasi. Namun, tidak berarti sistem otoritarian & oligarki lebih baik,” kata SBY.
Ihwal pendudukan Gedung Capitol oleh massa pendukung Trump, SBY menilai kejadian itu disebabkan oleh pernyataan sang Presiden Donald Trump yang tidak benar dan jujur.
“Kedua, di era "post-truth politics", ucapan pemimpin (presiden) harus benar & jujur. Kalau tidak, dampaknya sangat besar. Ucapan Trump bahwa pilpresnya curang (suaranya dicuri) timbulkan kemarahan besar pendukungnya. Terjadilah serbuan ke Capitol Hill yang coreng nama baik AS," ujar SBY.
Sementara itu, pada hari ini Presiden AS terpilih Joe Biden bersama wakilnya Kamala Harris akan dilantik. Sebanyak 25.000 tentara berjaga seiring dengan kekhawatiran pascakerusuhan di Gedung Capitol pada 6 Januari lalu.