Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Epidemiolog Sebut Bukan Liburan Picu Lonjakan Covid-19

Pemerintah diminta segera menambah fasilitas kesehatan dan sumber daya manusia untuk mengantisipasi lonjakan pasien Covid-19.
Petugas medis mengambil sampel darah wisatawan saat rapid test di kawasan wisata Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (29/10/2020). /Antara-Yulius Satria Wijaya
Petugas medis mengambil sampel darah wisatawan saat rapid test di kawasan wisata Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (29/10/2020). /Antara-Yulius Satria Wijaya

Bisnis.com, JAKARTA - Epidemiolog dari Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan bahwa penularan Covid-19 yang tinggi beberapa hari terakhir ini sudah bukan karena efek libur panjang.

“Tapi minimnya kesadaran dan pelacakan," kata dia saat dihubungi, Jumat (25/12/2020).

Pemerintah sudah ada lampu kuning untuk ekstra hati-hati. “Pemerintah harus diingatkan akan ekstra berhati-hati.”

Ia menyarankan agar pemerintah segera menambah fasilitas kesehatan dan sumber daya manusia untuk mengantisipasi lonjakan pasien Covid-19. Jika pemerintah telat mengambil kebijakan jangka pendek, bisa berpotensi meningkatkan risiko kematian terhadap pasien Covid-19.

"Jangan sampai terjadi lonjakan, tapi faskes dan SDM belum siap. Kalau tidak dipersiapkan risikonya meningkatkan angka kematian."

Dalam beberapa hari terakhir, kata dia, penularan Covid-19 telah mencapai angka rata-rata 1.500 kasus per hari di Ibu Kota. Angka ini, menurut dia, cukup mengkhawatirkan karena reproduksi efektif penularan Covid-19 di DKI, diperkirakan telah mencapai 1,5. Artinya setiap 10 orang yang terinfeksi Covid-19 menularkan kepada 15 orang lainnya.

Ia memperkirakan bakal terjadi lonjakan kasus Covid-19 tingkat menengah di DKI Jakarta awal 2021. "Per hari mungkin bisa meningkat hingga 2.200-2.500 kasus baru awal tahun depan."

Peningkatan kasus bakal terjadi karena banyak warga yang tetap mudik dan memanfaatkan libur panjang akhir tahun untuk keluar kota. Risiko peningkatan juga semakin tinggi karena masyarakat abai terhadap protokol kesehatan 3M, yakni menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan.

"Pelacakan terhadap kontak erat juga rendah.” Bahkan pasien tanpa gejala tidak dilacak kontak eratnya karena regulasi Kementerian Kesehatan yang baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : JIBI
Editor : Miftahul Ulum
Sumber : Tempo.co
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper