Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah foto menampilkan pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab bersama seorang pria berkacamata yang bernama Hanny Kristianto beredar di Facebook. Pria itu diklaim sebagai bos PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE).
Foto beserta klaim ini beredar di tengah munculnya seruan boikot JNE pada akhir pekan lalu. Akun yang membagikan foto tersebut adalah akun KataKita, tepatnya pada Minggu (13/12/2020) pukul 06 24 WIB.
“Oooo ini tooo Bos JNE .... FIX...GAK PAKE JNE #SelamatTinggalJNE #BoikotJNE,” demikian narasi yang tertulis dalam unggahan sejumlah foto tersebut.
Selain foto dan klaim itu, akun ini mengunggah gambar berisi tulisan; "Selamat Tinggal JNE". Terdapat pula gambar tangkapan layar sebuah artikel yang memuat foto pria berkacamata yang sama dalam unggahan akun KataKita.
Artikel yang dimuat pada 8 April 2016 itu berjudul "Hanny Kristianto: 'Kitab Suci Saya Melarang Pilih Pemimpin Seperti Ahok'".
Adapun, unggahan tersebut telah dikomentari oleh ratusan pengguna Facebook. Unggahan itu pun beberapa kali dibagikan dan mendapatkan reaksi dari ratusan pengguna sosial media tersebut.
Baca Juga
Tangkapan layar unggahan di halaman Facebook KataKita yang dipublikasikan Minggu (13/12/2020) pukul 06 24 WIB - Bisnis.com/Oktaviano DB Hana
PEMERIKSAAN FAKTA
Untuk memverifikasi klaim itu, Tim CekFakta Tempo menelusuri jejak digital foto unggahan akun Facebook KataKita dengan reverse image tool Source dan Google. Hasilnya, ditemukan bahwa pria berkacamata dalam foto tersebut memang bernama Hanny Kristianto. Namun, Hanny bukan bos JNE.
Saat ini, Hanny menjabat sebagai Sekretaris Yayasan Mualaf Center Indonesia (MCI). Informasi itu tercantum dalam situs resmi MCI, mualaf.com. Dalam situs ini, Hanny Kristianto tercantum sebagai sekretaris dalam jajaran pengurus MCI.
Kisah Hanny sebagai mualaf hingga menjadi Sekretaris MCI pernah dimuat oleh situs media Detik.com pada 23 Juni 2015. Setelah sempat ditipu Rp80 juta oleh seorang ustaz untuk menjadi mualaf, Hanny akhirnya mengucapkan syahadat di sebuah masjid di Mojokerto, Jawa Timur, pada 28 Februari 2013.
Bos JNE
Sementara itu, PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) didirikan oleh Djohari Zein pada 26 November 1990. Dilansir dari Kumparan.com, sebelum mendirikan JNE, Djohari sempat bekerja di perusahaan jasa pengiriman multinasional TNT.
Di sana, dia mengawali kariernya sebagai salesman. Djohari kemudian dipromosikan menjadi Manajer Operasi TNT Indonesia. Namun, di puncak karirnya pada 1985, dia justru meninggalkan TNT.
Djohari kemudian merintis perusahaan jasa pengiriman yang bernama Worldpak, yang kemudian berganti nama menjadi Pronto. Namun, seluruh sahamnya di Pronto terjual karena dia terlalu fokus pada produk tanpa memikirkan cash flow perusahaan.
Pada 1990, Djohari pun bergabung dengan perusahaan jasa pengiriman PT Titipan Kilat (TIKI), lalu mendirikan JNE. Dia menjadi salah satu pendiri sekaligus pemegang saham.
Di situs pribadinya, Djohari juga menceritakan kisah pendirian JNE. Walaupun lepas dari Pronto, dia masih kerap membantu pengurusan kepabeanan konsumen perusahaan yang bermarkas di Singapura itu agar barang diizinkan keluar dari bandara.
“Teman-teman di Singapura tetap mempercayakan kepabeanan barang-barang mereka pada saya, termasuk dari TIKI,” katanya.
Performa Djohari pun mencuri perhatian sejumlah bos TIKI. Mereka kemudian mengundang Djohari untuk bertemu dengan sejumlah direksi TIKI.
Ternyata, dalam pertemuan itu, pemilik sekaligus Direktur Utama TIKI, Soeprapto Suparno, mempercayakan Djohari untuk mendirikan sebuah perusahaan ekspedisi yang kini dikenal sebagai JNE.
"Saya sungguh bersyukur. Harapan untuk membangun perusahaan nasional di bidang ekspedisi dan logistik yang mencangkup jaringan internasional akhirnya benar-benar di depan mata."
Pada 2015, dilansir dari Bisnis.com, kepemimpinan Djohari di JNE digantikan oleh Mohamad Feriadi. Dikutip dari Kontan, Feriadi merupakan anak dari Soeprapto Suparno.
Hingga kini, Feriadi masih menjabat sebagai Presiden Direktur JNE. Dilansir dari situs resmi JNE, dalam menjalankan tugasnya, Feriadi didampingi oleh dua direktur, yakni Chandra Fireta dan Edi Santoso.
Seruan Boikot JNE
Berdasarkan arsip berita Tempo, seruan boikot bermula saat akun Twitter milik JNE, @JNE_ID, mengunggah ucapan selamat ulang tahun ke-30 dari juru bicara Persaudaraan Alumni 212 Haikal Hassan pada 4 Desember 2020.
Cuitan ini viral. JNE pun disebut sebagai salah satu pendukung Haikal, yang juga merupakan Sekretaris Jenderal HRS Center, lembaga bentukan Rizieq Shihab.
Merespons isu ini, pada 11 Desember 2020, Mohamad Feriadi mengatakan, "JNE sebagai perusahaan pengiriman ekspres dan logistik bersifat netral."
Dia menyebut perusahaannya merangkul semua golongan dan tidak memandang latar belakang agama, suku, ras, dan pandangan politik apa pun.
Masih suasana HUT nih genk.. JNE dapet ucapan dari pak BTP, terimakasih ya pak , sehat2 selalu untuk kita semua..#jne #connectinghappiness #30TahunBahagiaBersama #JNE30Tahun pic.twitter.com/MKdHOSsNCu
— JNE Express (@JNE_ID) December 11, 2020
Akun Twitter JNE memang tidak hanya mengunggah ucapan selamat ulang tahun dari Haikal. Akun ini juga membagikan ucapan selamat dari mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok pada 11 Desember 2020.
Feriadi menjelaskan bahwa perusahaannya memang mengunggah berbagai video yang berisi ucapan selamat ulang tahun ke-30 di media sosial mereka.
Tahun ini, JNE tepat berumur 30 tahun setelah didirikan pada 1990. Menurut Feriadi, JNE menerima ucapan selamat ulang tahun dari pihak mana pun.
Berbagai ucapan selamat ini, kata dia, sepenuhnya merupakan ungkapan dari tokoh publik tersebut kepada perusahaannya di momen ulang tahun ini.
KESIMPULAN
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto di atas adalah foto pemimpin FPI Rizieq Shihab bersama bos JNE, keliru. Pria yang bersama Rizieq dalam foto itu adalah Hanny Kristianto. Hanny merupakan Sekretaris Yayasan Mualaf Center Indonesia (MCI), bukan bos JNE.
Di situs resmi JNE, tidak ada pula nama Hanny dalam jajaran direksi. Pendiri JNE pun bukan Hanny, melainkan Djohari Zein.