Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

WeChat Blokir Pesan PM Scott Morrison, Australia-China Memanas

Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengirimkan pesan via WeChat pada Selasa (1/12/2020) untuk mengritik sikap juru bicara kementerian luar negeri China, Zhao Lijian.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison (kedua kiri) bersama keluarganya./Reuters-David Gray
Perdana Menteri Australia Scott Morrison (kedua kiri) bersama keluarganya./Reuters-David Gray

Bisnis.com, JAKARTA - Perselisihan Australia dan China tampak kian memanas terkait dugaan pembunuhan 39 tahanan tak bersenjata dan warga sipil di Afghanistan.

Teranyar, platform media sosial asal China, WeChat, memblokir pesan Perdana Menteri Australia Scott Morrison.

Morrison mengirimkan pesan via WeChat pada Selasa (1/12/2020) untuk mengritik sikap juru bicara kementerian luar negeri China, Zhao Lijian. Lijian sebelumnya mengunggah gambar seorang tentara Australia yang sedang menyayat leher anak Afghanistan pada Senin di Twitter.

Dalam pesannya, Morrison membela langkah Australia atas penyelidikan kejahatan perang terhadap tindakan pasukan khusus di Afghanistan. Dia mengatakan Australia akan menangani masalah pelik ini secara transparan.

Namun, pesan itu tampaknya diblokir WeChat Rabu (2/12/2020) malam. WeChat mencantumkan alasan bahwa konten tersebut tidak dapat dilihat karena melanggar peraturan, termasuk mendistorsi peristiwa bersejarah dan membingungkan publik.

Tencent, perusahaan induk WeChat, tidak segera menanggapi permintaan komentar.

WeChat memiliki 690 ribu pengguna harian aktif di Australia. Sementara pesan Morrison telah dibaca oleh 57 ribu pengguna WeChat pada hari Rabu.

Adapun unggahan foto Zhao, yang disematkan di bagian atas akun Twitter-nya, telah 'disukai' oleh 60 ribu pengikut. Twitter menandainya sebagai konten sensitif tetapi menolak permintaan Australia untuk menghapus gambar tersebut.

Hubungan China dan Australia memanas setelah foto tentara tersebut diungggsh. China pun menolak seruan Morrison untuk meminta maaf.

Sebelumnya, pasukan khusus Australia diduga membunuh 39 tahanan tak bersenjata dan warga sipil di Afghanistan. Pemerintah Australia mengatakan bahwa 19 tentara dan mantan tentara akan dibawa ke pengadilan untuk tuntutan pidana.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Tempo/Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper