Bisnis.com, JAKARTA – Sebelumnya beredar kabar bahwa vaksin Covid-19 bakal mulai datang pada November dan disuntikkan pada bulan Desember tahun ini, ternyata semua baru hanya perkiraan, lantaran masih banyak pengujian yang harus dilakukan.
Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Sri Rezeki mengatakan bahwa keamanan dalam pembuatan vaksin harus menjadi nomor satu.
“Kita harus bersatu bagaimana mencari data-data supaya lengkap agar vaksin bisa lebih cepat diproduksi,” ujar Sri dalam konferensi pers, Kamis (19/11/2020).
Masalahnya, kata Sri, kasus Covid-19 di Indonesia polanya masih terus menanjak. Ketika di negara-negara lain sudah masuk gelombang kedua, Indonesia bahkan belum lepas dari gelombang pertama.
“Bagaimana segera mengakhiri ini, salah satu caranya adalah dengan vaksinasi. Kalau tahu sejarahnya vaksinasi, tentunya masyarakat akan bisa menerima, dan paham bahwa ini memang diperlukan,” kata dia.
Sri juga mengutip arahan Presiden Joko Widodo soal vaksinasi, dari mulai harus sesuai daftar persyaratan WHO, kemudian harus ada EUA (emergency use authorization) yang membuat penyuntikkan vaksinnya terasa terus mundur.
Baca Juga
“Ini semua dalam posisi menunggu dan dari BPOM juga semua kaidah saintifik harus diikuti. Jadi itu kenapa ada kabar penyuntikkan mungkin Desember, mungkin Januari," jelasnya.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Lukita menambahkan bahwa dalam perizinan penggunaan vaksin BPOM tidak hanya akan bekerja sendiri.
“Sekarang semua masih dalam bentuk proyeksi, harapan, yang calculated, berbasis saintifik. Dengan dukungan semua pihak dan edukasi kepada masyarakat bahwa vaksinasi itu perlu dilakukan dengan vaksin yang aman dan efektif, bermutu,” kata Penny.
Adapun, untuk mengeluarkan izin penggunaan (EUA), BPOM juga masih menantikan beberapa data, baik dari vaksin yang impor atau yang bahan bulk dan diproduksi di dalam negeri.
Data-data yang dibutuhkan antara lain laporan lengkap hasil uji klinis fase 1 dan 2, serta laporan interim dari uji klinis fase 3 untuk vaksin Sinovac. Adapun, data uji klinis tidak hanya dari yang dilakukan di Bandung, tapi juga yang dari Brasil.
“Kami selalu berkomunikasi dengan otoritas obat terkait. Brasil kan salah satu yang melakukan uji klinis, dan sudah lebih duluan artinya harusnya sudah ada datanya. Tapi ternyata mereka masih harus butuh waktu lebih lama lagi dan sampai saat ini beum bisa diberikan,” ungkap Penny.