Bisnis.com, JAKARTA – Italia diperkirakan bakal butuh biaya sampai 10 miliar euro atau setara dengan US$11,8 miliar per bulan untuk memberikan dukungan kepada bisnis dan pekerja yang terdampak dari lockdown akibat wabah virus Corona.
Seperti dilansir Bloomberg, Rabu (11/11/2020), pemerintah Italia tengah merencanakan untuk memberikan bantuan untuk melewati masa lonjakan infeksi Covid-19 yang membuat pemulihan dari resesi terburuk di Eropa gagal total.
Aturan lockdown yang berlaku saat ini serupa dengan yang pernah diterapkan sebelumnya pada awal tahun ini. Pada lockdown pertama, pemerintah Italia menghabiskan sekiatar 40 – 50 miliar euro atau sekitar 3 persen dari anggaran pengeluaran Italia sampai Maret 2020.
Namun, dengan aturan yang lebih lunak diperkirakan anggarannya bisa mencapai 6 miliar euro per bulan.
Pihak Departemen Keuangan Italia mengatakan saat ini, anggaran hanya akan dikeluarkan untuk rencana pengeluaran dan perkiraan yang sudah disetujui saja.
Italia sendiri mencatatkan tambahan 35.098 kasus per hari pada Selasa (10/11/2020). Dengan tren tersebut, diperkirakan total kasus di Italia bisa menembus sejuta kasus pada pekan ini.
Baca Juga
Banyak rumah sakit sudah mulai kewalahan menangani kasus yang terus bertambah, lebih dari setengah tempat tidur yang disediakan untuk merawat pasien Covid-19 sudah terisi.
Italia sebagai wilayah perekonomian terbesar ketiga di Eropa itu nampak kesulitan menangani penyebaran virus Corona, terutama karena pemerintahnya tidak memiliki kesiapan fiskal untuk menghadapi krisis.
Selain itu, ekonomi Italia juga dibebani dengan salah satu beban utang tertinggi di dunia, dan mengandalkan dukungan luar biasa dari Bank Sentral Eropa untuk memanfaatkan pasar obligasi.
Lebih lanjut, untuk meredam dampak penguncian lockdown sebagian, yang meliputi beberapa kawasan, Pemerintah Italia menyetujui 8 miliar euro sebagai dukungan tambahan.
Pengeluaran akan ditingkatkan jika kasus penyebaran virus meningkat dan perlu memberlakukan pembatasan yang lebih ketat.
Adapun, paket bantuan yang akan digulirkan pada November ini akan dikerahkan dari tabungan negara sehingga tidak akan menimbulkan utang tambahan. Namun, pengeluaran di luar anggaran tersebut kemungkinan besar harus dibiayai dengan pinjaman tambahan.
Masalahnya, pada awal Oktober 2020 saja Italia diperkirakan mengalami defisit 10,8 persen dari PDB pada 2020.
Meningkatnya pandemi Covid-19 mengacaukan perencanaan ekonomi. Menteri Keuangan Italia Roberto Gualtieri sampai tergesa-gesa menulis ulang undang-undang anggaran yang seharusnya diajukan ke parlemen pada 20 Oktober.
Gualtieri meramalkan akan ada pengeluaran lebih lanjut, dan mengatakan bahwa tidak ada yang akan tertinggal dari kebutuhan apa pun.
“Pemerintah mendukung keluarga, pekerja dan perusahaan dengan upaya luar biasa yang belum pernah dilakukan sebelumnya ini dan akan terus melakukannya selama dibutuhkan,” katanya, dilansir Bloomberg, Rabu (11/11/2020).
Perdana Menteri Giuseppe Conte juga menyetujui 100 miliar euro sebagai stimulus awal tahun ini untuk mendukung bisnis dan keluarga selama gelombang pertama pandemi. Adapun, setiap pengeluaran tambahan akan diatur untuk dihitung sebagai uutang di atas 160 persen dari PDB pada akhir tahun ini.