Bisnis.com, JAKARTA - Inflasi konsumen China melambat hingga di bawah 1 persen untuk pertama kalinya dalam lebih dari tiga tahun.
Laju inflasi China ini terseret oleh harga daging babi yang lebih rendah dan basis indeks harga konsumen yang lebih tinggi dari tahun lalu.
Indeks harga konsumen naik 0,5 persen bulan lalu dibandingkan tahun sebelumnya (year on year/yoy), laju paling lambat sejak akhir 2009.
Hal tersebut diungkapkan oleh data Biro Statistik Nasional pada Selasa (10/11/2020). Estimasi median dari tingkat inflasi China dalam survei Bloomberg mencapai 0,8 persen.
Inflasi inti, yang menghitung harga makanan dan energi, naik 0,5 persen atau tidak berubah dari posisi September.
Deflasi pabrik berlanjut, dengan indeks harga produsen turun 2,1 persen dalam satu tahun, kecepatan yang sama seperti di bulan September.
Baca Juga
Harga daging babi, elemen utama dalam keranjang IHK China, turun 2,8 persen. Ini adalah penurunan pertama kali turun sejak Februari 2019. Demam Babi Afrika menghancurkan kawanan babi China, menyebabkan harga meroket tahun lalu.
Rekor impor dan pemulihan lambat dalam pasokan babi berarti harga grosir daging babi mulai jatuh pada bulan Oktober.
“Harga pangan yang lebih lemah kemungkinan akan terus menyeret inflasi IHK lebih rendah, dengan pembacaan negatif mungkin terjadi sekitar akhir tahun atau di awal 2021," kata Ekonom Bloomberg David Qu.
Di saat yang sama, dia memperkirakan deflasi harga produsen akan tetap berada di wilayah negatif, meskipun mungkin akan kembali menuju level impas.