Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson hari ini, Sabtu (7/11/2020), akan terlibat pembicaraan dagang dengan Uni Eropa (UE) yang akan menentukan nasib Brexit.
Dengan lebih dari seminggu tersisa untuk mengunci kesepakatan, Johnson dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen akan mencoba merencanakan jalan ke depan bagi para negosiator.
Secara pribadi, para pejabat mengatakan belum ada terobosan dalam pembicaraan yang terhenti dua hari lalu dan diskusi hari ini dimaksudkan untuk mengatur pedoman untuk hari-hari mendatang. Tim UE akan berada di London hari ini dan besok untuk pembicaraan itu.
Setelah negosiasi selama 14 hari berturut-turut, kedua belah pihak menyalahkan satu sama lain atas kurangnya kemajuan. Pembicaraan terhenti pada tiga masalah besar, yakni persaingan yang setara untuk bisnis, akses ke perairan penangkapan ikan Inggris dan bagaimana kesepakatan potensial ditegakkan.
Baik UE dan Inggris sebelumnya telah mengindikasikan bahwa 15 November adalah saat terakhir kesepakatan dapat dilakukan jika poin-poin itu akan diratifikasi oleh parlemen masing-masing sebelum periode transisi pasca-Brexit berakhir pada 31 Desember dan Inggris secara resmi meninggalkan pasar tunggal Eropa.
Ditanya oleh wartawan pada hari Jumat apakah dia bisa mendapatkan kesepakatan tepat waktu, Johnson berkata "Saya sangat berharap kami akan melakukannya."
Baca Juga
Dia melanjutkan, tercapainya kesepakatan tergantung pada itikad UE. Jika tidak, Johnson telah berulang kali menegaskan bahwa Inggris siap melenggang tanpa kesepakatan dari pasar tunggal Eropa.
Para pejabat melihat intervensi Johnson dan von der Leyen sebagai langkah positif yang dapat menyuntikkan momentum ke dalam pembicaraan yang goyah. Kepala negosiator Uni Eropa Michel Barnier mengatakan kepada duta besar Eropa minggu ini bahwa Johnson harus membuat keputusan politik untuk mengubah pendiriannya jika dia ingin mencapai kesepakatan.
Menurut catatan diplomatik dari pertemuan yang berlangsung Rabu lalu, Barnier mengatakan sepertinya London menginginkan kesepakatan tetapi belum menginternalisasi kompromi dan konsesi yang diperlukan untuk mencapainya.
Namun, poin kesepakatan paling sulit telah menjadi fokus, yakni kompromi pada akses Uni Eropa ke perairan Inggris. Kedua belah pihak juga telah membuat beberapa kemajuan dalam masalah bagaimana rezim bantuan negara Inggris akan diatur dalam setiap kesepakatan potensial.
Barnier mengatakan bahwa Inggris mungkin mencoba membuka pembicaraan mengenai masalah paling sulit di saat-saat terakhir dengan harapan mencapai kesepakatan besar.
Dia mengatakan kepada para diplomat bahwa taktik mengulur-ulur seperti itu tidak akan berhasil dan memperingatkan bahwa negara-negara anggota perlu mengambil keputusan tentang bagaimana melanjutkan kecuali ada kemajuan yang signifikan minggu depan.
Pejabat Inggris mengatakan bahwa mereka pikir Uni Eropa menggunakan taktik yang persis sama dan salah satu pihak berpendapat bahwa tim Barnier belum sepakat dengan kompromi yang diperlukan di pihaknya juga.