Bisnis.com, JAKARTA - Rakyat Amerika Serikat (AS) memulai pemungutan suara di tengah pandemi dan krisis ekonomi terburuk dalam satu abad untuk memutuskan apakah akan memberi Presiden Donald Trump waktu empat tahun lagi atau mengirim Joe Biden ke Gedung Putih.
Jumlah pemilih awal yang memecahkan rekor lebih dari 100 juta orang, telah membuat negara itu menjadi perhatian dunia.
Biden yang berusia 77 tahun, menjabat selama delapan tahun sebagai wakil presiden untuk Barack Obama, memimpin jajak pendapat nasional di banyak negara bagian.
Biden juga menguasai medan pertempuran yang akan menentukan pertarungan berisiko tinggi.
Pemungutan suara pertama ditutup di beberapa negara bagian timur pada pukul 19.00 waktu setempat, tetapi pemenangnya baru akan diketahui pada malam hari. Atau bahkan mungkin berhari-hari baru diketahui karena banyaknya surat suara yang perlu dihitung melalui pos.
Biden, mantan senator dari Delaware yang maju untuk ketiga kalinya untuk menjadi presiden, memulai Hari Pemilihan dengan kunjungan ke gereja tempat putranya, Beau Biden, dan istri serta putri pertamanya dimakamkan. Dia juga berkunjung ke rumah masa kecilnya di Scranton, Pennsylvania .
"Saya ingin mengembalikan kesopanan dan kehormatan dasar ke Gedung Putih," kata Biden yang mengenakan masker kepada pendukungnya melalui pengeras suara seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Rabu (4/11/2020).
Sedangkan Trump, 74, menolak hasil pemungutan suara awal dan mengatakan Amerika Serikat akan menjadi "negara sosialis" jika Biden menang.
"Saya pikir kami memiliki peluang yang sangat kuat untuk menang," kata Trump pada "Fox and Friends.”
Suaranya serak setelah berpidato di lima kampanye di tiga negara bagian ke ari pada pada hari terakhir yang sibuk.
"Kami pikir kami melakukannya dengan sangat baik di mana-mana dan pendukungnya luar biasa," katanya.
Pada saat yang sama, Trump telah meragukan integritas surat suara yang masuk dan mengancam gugatan hukum. Dia mengklaim bahwa satu-satunya cara dia bisa kalah adalah jika hasilnya "dicurangi".