Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Redam Risiko Kontraksi, Bank Sentral Inggris Terbitkan Stimulus Baru

Dalam survei pekan lalu, analis memperkirakan BOE akan meningkatkan pelonggaran kuantitatif (QE) sebesar 100 miliar poundsterling (US$129 miliar) menjadi 845 miliar poundsterling.
Bank of England/e-architect.co.uk
Bank of England/e-architect.co.uk

Bisnis.com, JAKARTA - Bank of England kemungkinan akan meluncurkan serangkaian stimulus moneter selanjutnya minggu ini karena pemerintah memberlakukan kembali lockdown yang akan memukul pemulihan ekonomi.

Pengumuman Perdana Menteri Boris Johnson mengenai penutupan toko nonesensial dan perhotelan selama satu bulan menghapus keraguan bahwa Gubernur Andrew Bailey akan menunda program pembelian obligasi.

Dalam survei pekan lalu, analis memperkirakan BOE akan meningkatkan pelonggaran kuantitatif (QE) sebesar 100 miliar poundsterling (US$129 miliar) menjadi 845 miliar poundsterling.

Jumlah itu hampir dua kali lipat tingkatnya pada awal tahun dan akan menjadi putaran keempat pelonggaran moneter sejak krisis dimulai. Namun peningkatan QE bisa lebih besar dari yang diperkirakan.

Keputusan tersebut akan dipublikasikan dengan pembaruan proyeksi ekonomi pada Kamis pekan ini.

"Mereka pasti akan siap untuk melakukan apa yang dibutuhkan minggu ini," kata James Rossiter, ekonom di TD Securities yang pernah bekerja di bank sentral, dan yang memperkirakan kenaikan 120 miliar poundsterling, dilansir Bloomberg, Selasa (3/11/2020).

Pembatasan terbaru oleh pemerintah diperkirakan tidak akan menghantam ekonomi separah awal tahun ini yang menyebabkan kontraksi 20 persen pada kuartal kedua.

Menurut Simon French, Kepala Ekonom di Panmure Gordon & Co, pembatasan jilid kedua ini dapat menurunkan 5 persen PDB Inggris kuartal ini.

Pembelian obligasi, perangkat yang disukai BOE sejauh ini, hampir sama persis dengan peningkatan besar-besaran pinjaman pemerintah yang diperlukan untuk mendanai respons krisis Menteri Keuangan Rishi Sunak.

Tingkat utang kini akan naik lebih lanjut seiring perpanjangan program cuti karyawan yang selesai pada 31 Oktober. Program baru dimulai pada 1 November 2020, terutama dirancang untuk mendorong kerja paruh waktu dalam pemulihan ekonomi.

Strategi baru ini berarti para pekerja yang dicutikan akan mendapatkan sebanyak 80 persen dari gaji mereka selama lockdown. Pemerintah akan menanggung sepenuhnya beban dukungan itu, yang selama sebulan terakhir sudah memasukkan kontribusi hingga 20 persen dari dunia usaha.

Hal yang sama juga akan dilakukan Bank Sentral Eropa (ECB). Presiden ECB Christine Lagarde telah menjanjikan paket stimulus moneter baru pada pertemuan kebijakan berikutnya.

Pekan lalu, Lagarde secara terus terang mengatakan lembaganya akan memberikan semua dukungan yang diperlukan ekonomi kawasan euro yang dikembali ditutup karena gelombang baru virus Corona.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper