Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wah! Pengusaha AS Antisipasi Kerusuhan Usai Pemilu

Para pengusaha melihat ada potensi kerusuhan, baik di jalanan maupun bentrok antarkaryawan di perusahaan mereka. Demonstrasi dan unjuk rasa besar diperkirakan akan terjadi di kota-kota di seluruh negeri tidak peduli apa pun hasil pemilu AS.
Tanda Wall Street tampak di depan Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS./ Michael Nagle - Bloomberg
Tanda Wall Street tampak di depan Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS./ Michael Nagle - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Para pemimpin bisnis di Amerika Serikat menyerukan semua pihak menjaga ketenangan setelah pemilihan presiden hari ini.

Para pengusaha melihat ada potensi kerusuhan, baik di jalanan maupun bentrok antarkaryawan di perusahaan mereka. Demonstrasi dan unjuk rasa besar diperkirakan akan terjadi di kota-kota di seluruh negeri tidak peduli apa pun hasil pemilu AS.

Di banyak kota di AS, toko-toko ritel tutup karena beberapa eksekutif kunci menyatakan keprihatinan tentang reaksi publik. CEO Facebook Mark Zuckerberg pekan lalu memperingatkan potensi kerusuhan sipil seiring pemilihan AS yang akan menjadi ujian bagi media sosial itu.

Zuckerberg mengungkapkan keprihatinannya baru-baru ini saat menjelaskan perlindungan terhadap misinformasi dan perundungan pemilih di Facebook, yang dimaksudkan untuk menghindari penipuan dan pelecehan yang terjadi pada Pemilu empat tahun lalu.

"Saya khawatir dengan bangsa kita yang begitu terpecah belah dan hasil pemilu yang berpotensi memakan waktu berhari-hari atau berminggu-minggu untuk diselesaikan, ada risiko kerusuhan sipil," kata Zuckerberg, dilansir Channel News Asia, Selasa (3/11/2020).

Sementara itu, perusahaan-perusahaan AS berusaha untuk bersikap netral. Mereka juga meningkatkan keamanan untuk mengantisipasi bentrok antarkaryawan dengan pandangan politik yang saling bertentangan dalam pemilihan.

Risiko tampak meningkat di tengah kekhawatiran bahwa Presiden Donald Trump dapat menantang validitas hasil pemilihan umum melawan kandidat dari Demokrat Joe Biden.

"Ini merupakan pemilihan yang sulit bagi banyak perusahaan untuk dinavigasi," kata direktur asosiasi Control Risks, Allison Wood.

Perusahaan konsultan risiko bisnis telah melihat peningkatan dalam permintaan keamanan tambahan, baik bersenjata maupun tidak. Adapun riteler paling khawatir tentang potensi penjarahan atau kerusuhan. Perusahaan juga khawatir bahwa polarisasi politik yang memicu konflik di jalan akan memantik bentrokan di pabrik atau di fasilitas lain

"Bagi banyak perusahaan, potensi itu berkurang karena orang masih bekerja dari rumah," kata Wood.

Wakil Presiden Senior Firma Konsultan Risiko Allied Universal, Joshua Skule mengatakan permintaan dari klien kini mencakup penjagaan, perlindungan terhadap eksekutif, dan intelijen.

"Dukungan intelijen selama masa kerusuhan akan memungkinkan operasi lokal atau manajer keamanan memiliki gambaran yang hampir real-time dari suasana lokal dan lingkungan operasi jika ketegangan meningkat dengan cepat," kata Skule dalam sebuah posting.

Menurut Skule, potensi kekerasan akan tergantung pada berbagai faktor, termasuk kandidat yang menang, penundaan hasil pemilu dan disinformasi media sosial.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper