Bisnis.com, JAKARTA - Pemilihan Presiden Amerika Serikat 2020 sejatinya dihelat pada 3 November 2020. Namun, agenda politik tersebut dihelat lebih awal di sejumlah negara bagian guna mencegah penumpukan pemilih di tengah ancaman penyebaran wabah virus Corona atau Covid-19.
Hingga Jumat (30/10/2020) waktu setempat, lebih dari 80 juta surat suara telah masuk. Angka tersebut, menurut US Elections Project, 58 persen lebih besar dibanding pencapaian pada pemilu dini pada 2016, 47 juta surat suara.
Pemilihan presiden AS 2020 ini dilaksanakan baik pemilihan langsung secara fisik dengan sejumlah pembatasan maupun via pos.
Sejumlah pengamat memprediksi jumlah surat suara total tahun ini akan jauh lebih besar dibandingkan pemilu sebelumnya.
Pada 2016, ada 47 juta surat suara yang masuk pada pemilu dini dan kemudian menyentuh 138 juta suara suara ketika Pilpres AS usai. Pada pemilu tersebut, inkumben Donald Trump menang tipis atas Hilary Clinton.
Hingga berita ini ditulis, Donald Trump masih dalam posisi tertinggal atas rivalnya, Joe Biden, baik dalam hal elektibilitas dan popularitas. Secara popularitas, misalnya, Donald Trump mencetak angka 42 persen sementara Joe Biden 52 persen.
Baca Juga
Beberapa hari terakhir, kedua calon semakin agresif dalam mengumpulkan suara. Mereka bergantian mendatangi negara-negara bagian strategis yang menjadi daerah kantung suara.
Adapun keduanya membawa isu yang berbeda-beda seperti Joe Biden aktif menyerang Donald Trump soal penanganan Covid-19, sedangkan Donald Trump kerap membawa isu dugaan korupsi oleh keluarga Biden.
Total ada 13 negara bagian Amerika yang akan menjadi penentu kemenangan Joe Biden ataupun Donald Trump. Negara-negara bagian tersebut akan memainkan peran penting dalam memberikan 270 suara Electoral College yang diperlukan untuk menuju Gedung Putih.
Beberapa di antaranya adalah Florida, Georgia, New Hampshire, North Caroline, Ohio, Michigan, dan masih banyak lagi.