Bisnis.com, JAKARTA - S&P Global Ratings memperkirakan krisis utang global berpotensi muncul dalam waktu dekat dan kemungkinan besar hal ini dapat dihindari dengan asumsi bahwa ekonomi dan permintaan sektor swasta pulih dengan cepat.
“Meskipun kami sedang melihat rekor tingkat utang terhadap PDB, kami yakin krisis utang jangka pendek tidak mungkin terjadi,” menurut Alexandra Dimitrijevic, Kepala Penelitian Global di S&P dalam catatannya.
Rebound ekonomi didasarkan pada ketersediaan luas vaksin Covid-19 pada pertengahan 2021 dan kebijakan moneter akomodatif yang berkelanjutan, menurut S&P, akan menjadi penopang.
Lonjakan kasus virus Corona baru-baru ini di AS dan Eropa merusak sentimen investor untuk aset berisiko minggu ini, karena pembatasan baru di beberapa negara mengancam untuk membahayakan ekonomi yang tengah rebound.
Indeks S&P 500 turun paling tajam dalam empat bulan pada hari Rabu kemarin (28/10/2020), dan premi imbal hasil obligasi dolar Asia melebar minggu ini dengan rentang terpanjang sejak pandemi melanda pasar pada bulan Maret lalu.
S&P Global Ratings memproyeksikan utang global yang meningkat luar biasa - termasuk utang pemerintah, perusahaan, dan rumah tangga - hingga 10 persen menjadi US$200 triliun pada tahun 2020 dan rasionya akan memuncak hingga 265 persen terhadap produk domestik bruto di akhir tahun ini.
Baca Juga
Tekanan untuk perusahaan dan industri yang lebih lemah yang paling terkena dampak dari pembatasan sosial akan tetap ada dalam jangka pendek, dan S&P memperkirakan default kemungkinan akan naik ke tingkat yang tidak terlihat sejak krisis keuangan global pada tahun 2009.
“Harapan kami bahwa pemulihan ekonomi global akan meningkat pesat tahun depan bukannya tanpa risiko,” tambah Dimitrijevic.
“Gelombang tambahan Covid-19, atau vaksin tertunda, dapat mengubah lintasan menjadi rebound berbentuk W - seperti halnya kenaikan suku bunga dan pelebaran kredit yang dramatis secara berkelanjutan, atau rebound dalam permintaan yang jauh dari harapan kami.”