Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte pada Minggu (25/10/2020) waktu setempat mengumumkan langkah-langkah baru untuk mencegah penyebaran Covid-19 yang gagal dari penguncian total, termasuk menutup bioskop di negara itu mulai kemarin hingga 24 November, demikian dilansir Variety.
Meski keputusan telah ditetapkan, organisasi peserta pameran di negara itu, ANEC segera memprotes penutupan paksa bioskop, serta mengeluarkan surat terbuka kepada perdana menteri.
Surat tersebut secara garis besar menyatakan ketidaksetujuan mereka dan menggarisbawahi soal dampak yang menghancurkan untuk bisnis mereka dari langkah pemerintah.
Langkah-langkah baru yang diumumkan pada Minggu (25/10/2020), juga melibatkan penutupan bioskop live, ruang permainan, dan pusat kebugaran. Sementara, bar dan restoran harus tutup setelah pukul 18:00, serta jam malam juga akan diberlakukan.
Italia adalah negara Eropa yang paling terpukul oleh pandemi dan yang pertama melakukan melakukan isolasi pada Maret. Italia sebelumnya telah bangkit kembali dan menjadi tuan rumah Festival Film Venesia pada September, festival besar pertama yang diadakan secara fisik.
Bioskop film dibuka kembali di Italia pada 15 Juni dengan jarak sosial antar kursi. Namun bioskop juga berjuang untuk mendapatkan lebih dari 25 persen penonton, karena kelangkaan judul film Hollywood setelah "Tenet" pada September.
Judul terlaris akhir pekan ini adalah drama remaja Italia "Sul Più Bello," film thriller fiksi ilmiah Gerard Butler "Greenland", dan komedi hitam lokal "The Predators" oleh Pietro Castellitto, pemenang hadiah festival Venesia baru-baru ini.
Saat ini, ketakutan besar bagi peserta pameran adalah bahwa penutupan bioskop dapat diperpanjang hingga musim Natal yang secara kolektif diharapkan oleh industri Italia dapat menandai titik balik.
Dalam surat terbuka mereka kepada Giuseppe Conte, ANEC mengatakan bahwa memperpanjang penutupan setelah 24 November akan berarti "hukuman mati untuk seluruh sektor pameran Italia."
Sementara itu, Conte mencoba untuk menenangkan ketakutan tersebut dengan mengatakan bahwa pemerintah telah memutuskan untuk menerapkan pembatasan sekarang dengan harapan meratakan kurva dalam beberapa minggu ke depan untuk membuat Natal yang lebih "tenang".