Bisnis.com, JAKARTA - Uni Eropa ternyata telah menandatangani kesepakatan dengan Johnson & Johnson untuk memasok hingga 400 juta dosis vaksin Covid-19 potensial.
Sementara itu, dalam perkembangan terbarunya, Johnson & Johnson menyatakan menghentikan sementara uji coba klinis kandidat vaksin Covid-19.
Penghentian sementara uji klinis kandidat vaksin produksi Johnson & Johnson karena munculnya penyakit yang tidak dapat dijelaskan pada peserta penelitian.
Penyakit peserta sedang ditinjau dan dievaluasi oleh data independen dan dewan pemantauan keamanan selain oleh dokter klinis dan keselamatan perusahaan, ujar pihak Johnson & Johnson seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Selasa (13/10/2020).
Minggu lalu, Uni Eropa mengumumkan telah menandatangani kesepakatan dengan Johnson & Johnson untuk memasok hingga 400 juta dosis vaksin Covid-19 potensial.
Kontrak pembelian dilakukan karena blok negara itu berupaya mengumpulkan stok di tengah pergolakan global untuk mengamankan serangan wabah tersebut.
Baca Juga
Kesepakatan itu berupa kontrak pembelian di muka ketiga dengan pembuat vaksin Covid-19 setelah kesepakatan dengan AstraZeneca dan Sanofi.
Dengan demikian jumlah dosis yang dijamin oleh UE untuk populasi 450 juta menjadi 1,1 miliar.
Berdasarkan ketentuan kesepakatan, 27 negara Uni Eropa akan dapat memesan hingga 400 juta dosis vaksin potensial setelah disahkan oleh regulator obat Uni Eropa.
Untuk mengamankan vaksin, UE telah melakukan pembayaran uang muka yang dirahasiakan kepada Johnson & Johnson.
"Kejadian buruk, penyakit, kecelakaan, dan lain-lain yang bahkan lebih serius merupakan bagian yang tak terelakkan dari setiap studi klinis, terutama studi besar," papar pihak Johnson & Johnson terkait penghentian sementara uji klinis calon vaksin Covid-19.
Disebutkan bahwa semua studi klinis yang dilakukan Janssen Pharmaceutical Companies of Johnson & Johnson memiliki pedoman yang telah ditentukan sebelumnya.
"Studi kami dapat dihentikan jika kejadian buruk yang tidak terduga dan mungkin terkait dengan vaksin atau obat studi telah dilaporkan, sehingga dapat dilakukan peninjauan yang cermat terhadap semua informasi medis sebelum memutuskan apakah akan memulai kembali studi,“ menurut pernyataan perusahaan tersebut.