Bisnis.com, JAKARTA - Pertempuran mematikan berlanjut hingga hari kelima antara Armenia dan Azerbaijan.
Kedua belah pihak menolak seruan internasional untuk mengadakan dialog. Hal itu kian meningkatkan kekhawatiran bakal terjadi perang habis-habisan.
Serangan hebat antara kedua pasukan terjadi di sekitar wilayah Nagorno-Karabakh. Kedua belah pihak menolak untuk mundur dan memperhatikan seruan internasional untuk melakukan pembicaraan.
Di kota Stepanakert, yang juga dikenal sebagai Khankendi, dua ledakan terdengar sekitar tengah malam saat sirene dibunyikan.
Penduduk mengklaim kota tersebut telah diserang oleh drone.
Pejabat etnis Armenia di wilayah itu menggambarkan situasi semalam di sepanjang garis depan "tegang" dan mengatakan kedua belah pihak saling menembakkan artileri.
Baca Juga
"Musuh berusaha untuk menyusun kembali pasukannya, tapi pasukan Armenia menekan semua upaya tersebut," kata mereka seperti dikutip Aljazeera.com, Jumat (2/10).
Sedikitnya 95 orang dilaporkan tewas akibat pertempuran itu.
Otoritas Armenia juga mengklaim bahwa dua warga negara Prancis yang bekerja sebagai jurnalis untuk Le Monde terluka selama serangan pasukan Azerbaijan di kota Martuni, Armenia, sebelah barat wilayah Nagorno-Karabakh.
Sejumlah reporter dibawa ke rumah sakit, kata pihak berwenang dalam sebuah pernyataan.
Pada Kamis malam, Presiden Armenia mengatakan pasukan pertahanan udara negara itu menjatuhkan empat drone di provinsi dekat Yerevan.
Armenia juga memanggil duta besarnya di Israel untuk konsultasi mengenai penjualan senjata Israel ke Azerbaijan.
Deklarasi kemerdekaan Nagorno-Karabakh dari Azerbaijan memicu perang di awal 1990-an yang menewaskan 30.000 orang.
Akan tetapi willayah itu masih belum diakui sebagai negara merdeka oleh negara mana pun, termasuk Armenia.