Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Armenia-Azerbaijan, Para Pemimpin Dunia Serukan Gencatan Senjata

Pertempuran sengit telah menewaskan puluhan tentara dan setidaknya 11 warga sipil sejauh ini.
Presiden Rusia Vladimir Putin memasuki aula untuk bertemu dengan kandidat yang berpartisipasi dalam pemilihan presiden sesi terakhir, di Kremlin di Moskow./Reuters
Presiden Rusia Vladimir Putin memasuki aula untuk bertemu dengan kandidat yang berpartisipasi dalam pemilihan presiden sesi terakhir, di Kremlin di Moskow./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Perang antara Armenia dengan Azerbaijan terus berkecamuk hingga hari ketiga di tengah desakan sejumkah pemimpin negara untuk melakukan gencatan senjata

Prancis menyerukan pertemuan mendesak Grup Minsk, yang dipimpin oleh Rusia, Prancis dan AS.

Tujuannya untuk menemukan solusi atas konflik yang telah berlangsung lama tersebut.

Pertempuran sengit telah menewaskan puluhan tentara dan setidaknya 11 warga sipil sejauh ini.

PBB juga turut menyerukan gencatan senjata segera dan meminta dilakukan upaya diplomasi.

Sementara itu,  Kementerian Pertahanan Armenia mengklaim telah  menghancurkan 137 kendaraan lapis baja dan 72 drone milik Azerbaijan seperti dikutip Aljazeera.com, Rabu (30/9/2020).

Adapun jumlah korban tewas di pihak pasukan Azerbaijan mencapai 790 orang, meski Informasi jtu belum bisa dikonfirmasi.

Sementara itu, Turki membantah laporan bahwa pihaknya  mengirim pejuang Suriah untuk membantu sekutunya Azerbaijan melawan pasukan Armenia di wilayah Nagorno-Karabakh.

Pemerintah Turki menyatakan pernyataan itu adalah bagian dari upaya Armenia untuk menciptakan "propaganda gelap" tentang Turki.

Sebelumnya, Duta Besar Armenia untuk Rusia mengatakan Turki telah mengirim sekitar 4.000 pejuang dari Suriah utara ke Azerbaijan dan terlibat dalam perang di Nagorno-Karabakh.

Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani menyerukan perdamaian melalui dialog dan cara diplomatik.

Presiden Rusia Vladimir Putin mendesak semua pihak untuk menahan tembakan di Nagorno-Karabakh.

Dia menyampaikan hal itu melalui kontak telepon dengan Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, menurut pihak Kremlin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper