Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar mengatakan siapapun yang terpilih dalam pilpres AS tidak akan lantas mengubah keadaan perang dagang antara AS dan China.
Mahendra mengatakan hal itu justru menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke AS.
"Menurut hemat kami, hubungan AS dan China, siapapun yang menang pilpres AS tidak akan berubah banyak. Dalam konteks itu, trade war tidak semuanya negatif bagi Indonesia," ungkapnya dalam Forum Debriefing Kepala Perwakilan RI secara virtual, Kamis (24/9/2020).
Mahendra yang juga mantan Dubes Washington D.C pada 2019 mengatakan perang dagang mengakibatkan 75 persen produk China ke AS dikenakan bea masuk 15 -30 persen.
"Tanpa trade war, akan lebih sulit bagi produk Indonesia untuk bersaing," ungkapnya.
Perwakilan RI di AS telah memetakan 17 produk ekspor utama ke AS. Salah satu produk unggulan RI yakni tekstil dan produk tekstil (TPT) nilai ekspornya mencapai US$4,5 miliar.
Baca Juga
Namun, ekspor produk dalam klasifikasi yang sama dari China nilainya bisa mendekati US$30 miliar. "Jadi ruangnya besar sekali," ujarnya.
Angka yang lebih jumbo, berasal dari produk furnitur. Nilai ekspor furnitur dari Indonesia US$1 miliar, tetapi China bisa US$35 miliar.
Artinya, kalau saja Indonesia dapat mengambil 5 persen pasar China sudah bisa meningkatkan 50 persen ekspor.
Selain itu, di level yang lebih kecil untuk produk ekspor bernilai US$1 juta - US$1 miliar yang kebanyakan berasal dari UMKM lokal, seperti travel goods, kerajinan tangan, perhiasan, dan lainnya masih memperoleh fasilitas GSP.
GSP adalah Generalized System of Preferences yang merupakan pengurangan tarif pada produk dengan sistem tarif preferensial.
Untuk itu, dia mendorong perwakilan RI terus melakukan komunikasi dengan berbagai stakeholder di AS seperti asosiasi bisnis untuk membuka pintu masuk bagi produk Indonesia.
Sementara itu, rivalitas antara dua kekuatan besar ini masih menjadi perhatian PBB di tengah pandemi. Sekjen PBB Antonio Guterres memperingatkan dunia internasional untuk segera menghentikan perang dingin antara China - AS.
Berdasarkan pidatonya dalam Sidang Umum PBB ke-75, Selasa (22/9/2020), Guterres meminta segera dilakukannya gencatan senjata untuk menghentikan konflik ‘panas’ di dunia.
“Dunia kita tidak dapat meraih masa depan ketika dua kekuatan ekonomi besar memecah belah dunia dalam perpecahan besar - masing-masing dengan aturan perdagangan dan keuangannya sendiri, serta kapasitas internet dan kecerdasan buatan,” katanya seperti dikutip dari situs resmi PBB.