Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Moneter Singapura (MAS) menyatakan sedang mempelajari dengan cermat keterlibatan bank-bank lokal dalam laporan media tentang transaksi mencurigakan.
Laporan tersebut yakni investigasi oleh Konsorsium Jurnalis Investigasi Internasional atau ICIJ berdasarkan laporan aktivitas mencurigakan (SAR) yang diajukan oleh bank dan perusahaan keuangan kepada Jaringan Penegakan Kejahatan Keuangan (FinCEN) Departemen Keuangan AS.
Laporan itu menyebutkan bahwa bank global telah memfasilitasi lebih dari US$2 triliun dalam transaksi mencurigakan selama hampir dua dekade. Adapun, tiga bank lokal Singapura yakni DBS, OCBC dan UOB juga tercantum dalam dokumen tersebut. MAS menyatakan akan mengambil tindakan yang sesuai berdasarkan hasil peninjauannya.
"Meskipun laporan transaksi yang mencurigakan itu sendiri tidak menyiratkan bahwa transaksi itu ilegal, MAS menanggapi laporan tersebut dengan sangat serius," kata juru bicara MAS, dilansir Channel News Asia, Selasa (22/9/2020).
Sebanyak 1.781 transaksi disebutkan mengalir melalui Singapura, dengan hampir US$3 miliar masuk ke negara itu dan sekitar US$1,5 miliar mengalir keluar.
DBS dan UOB masing-masing menyumbang lebih dari 500 transaksi yang berpotensi mencurigakan. Sedangkan OCBC memiliki 62 transaksi yang terjadi antara 2000 dan 2017.
Baca Juga
Ketiga bank tersebut terdaftar beberapa kali pada peta ICIJ. Entri tersebut menyatakan telah dikirim US$596,8 juta dari DBS, dengan US$228,3 juta lainnya masuk ke bank tersebut lebih dari 461 transaksi.
Peta ICIJ juga memuat contoh bagaimana transaksi mengalir antara Singapura, AS dan 46 negara lainnya, meski tidak menyebutkan alasan mengapa hal itu berpotensi mencurigakan. Misalnya pada 5 Februari 2014, sekitar US$40 juta dipindahkan dari bank Swiss BSI ke DBS dalam satu transaksi.
Lebih dari US$20 juta juga telah dipindahkan dari OCBC Wing Hang Bank Limited ke DBS melalui dua transaksi dari 22 November hingga 22 Desember 2016.
Contoh lain, 29 transaksi senilai total US$24,4 juta dilakukan dari Specsetstroybank Rusia ke UOB dari 10 Juli hingga 19 Agustus 2013.
Bank asing lain yang berkantor di Singapura disebutkan dalam laporan itu yakni CIMB dan Deutsche Bank.
Misalnya, dalam 294 transaksi mencurigakan antara tahun 2000 dan 2017, dikirimkan US $ 250,4 juta dari CIMB, sedangkan US $ 34,3 juta bergerak ke arah lain.
Saat dihubungi, juru bicara DBS mengatakan bank tersebut tidak menoleransi pelaku kejahatan yang menyalahgunakan sistem keuangan.
"Kami mencatat bahwa di luar sanksi atas nama atau pembekuan akun tertentu, umumnya sangat sulit untuk menunda atau mencegat uang dalam perjalanan karena berdampak pada bisnis yang sah, jadi proses normal yang terjadi di balik layar melibatkan penyelidikan lebih lanjut untuk menetapkan kecurigaan, berdasarkan tindakan yang perlu diambil," kata juru bicara itu.
OCBC mengatakan pihaknya memiliki kerangka kerja anti pencucian uang dan pendanaan terorisme yang komprehensif dan kuat di seluruh grup. Kerangka terdiri terdiri atas metodologi dan program yang sesuai dengan peraturan lokal dan menggabungkan praktik internasional.
"Kami menyadari bahwa pencucian uang adalah area yang menjadi perhatian yang berkembang dan kami telah, dan akan terus berinvestasi secara substansial dalam teknologi untuk mengembangkan kemampuan analitik data guna meningkatkan dan mengoptimalkan kompetensi kami dalam identifikasi awal pencucian uang," kata Kepala antipencucian uang dan Pendanaan Terorisme OCBC Fairlen Ooi.
Upaya tersebut, lanjutnya, termasuk penggunaan kecerdasan buatan dan mesin untuk mendeteksi aktivitas transaksional yang mencurigakan, serta pembentukan tim spesialis yang mencakup ilmuwan data dan teknisi TI.
Demikian pula, UOB mengatakan telah menerapkan pencegahan, deteksi, dan tindakan penegakan hukum yang kuat dalam memerangi pencucian uang, termasuk penilaian risiko, uji tuntas pelanggan dan pihak lawan, pemantauan transaksi serta penyelidikan dan pelaporan potensi aktivitas yang mencurigakan kepada badan pengatur terkait.
"Kami terus meningkatkan kemampuan anti pencucian uang kami melalui penggunaan teknologi termasuk kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin," kata kepala kepatuhan grup Victor Ngo.