Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah menteri kabinet Indonesia Maju, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dan Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo akan meninjau Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta.
Mereka akan melihat kesiapan tower 4 dan 5 Wisma Atlet untuk menangani pasien Covid-19. Sebelumnya tower 6 dan tower 7 Wisma Atlet telah terlebih dulu difungsikan sebagai rumah sakit darurat untuk menangani pasien Covid-19.
“Beberapa Menteri, Gubernur DKI dan Ketua Satgas. Rencananya jam 14 [2 siang] untuk melihat kesiapan Tower 4 dan 5,“ kata anggota tim Satgas Penanganan Covid-19 Suryopratomo, Jumat (11/9/2020).
Suryopratomo menjelaskan bahwa rencana pembukaan tower 4 dan 5 seharusnya dilakukan pada 8 September 2020. Namun, saat Ketua Satgas melakukan peninjauan, ternyata kedua tower masih terkendala listrik dan air.
Tower 4 dan 5 rencananya akan digunakan untuk pasien Covid-19 yang tidak mampu melakukan isolasi mandiri di tempat tinggalnya. Fasilitas ini juga akan digunakan untuk pasien positif yang bandel dan tidak disiplin melakukan isolasi mandiri.
Sebelumnya, Juru Bicara Satgas Covid-19 mengatakan bahwa pemerintah menyediakan tambahan 2 tower di kawasan Wisma Atlet Kemayoran untuk isolasi mandiri dengan kapasitas total 4.800 tempat tidur.
Baca Juga
Pasien Covid-19 memerlukan surat rekomendasi dari puskesmas atau kelurahan setempat untuk dapat menggunakan fasilitas tersebut.
“Dan fasilitas ini digunakan dalam rangka menampung masyarakat yang menderita Covid khususnya OTG yang tidak bisa isolasi mandiri di rumah masing-masing-masing,” katanya.
Sementara itu per 11 September 2020 hingga pukul 08.00 WIB, Wisma Atlet menampung 1.660 orang pasien atau lebih dari 60 persen tingkat keterisian. Dengan demikian tersisa sekitar 1.100 tempat tidur untuk pasien dengan kondisi ringan dan sedang.
Adapun, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet harus dioptimalkan untuk merawat pasien dengan kondisi ringan dan sedang. Pasalnya kapasitas rumah sakit di Jakarta sudah tidak ideal.
Saat ini tujuh dari 67 rumah sakit rujukan Covid-19 di Ibu Kota melaporkan bahwa ruang ICU dan isolasi penuh 100 persen. Kemudian 46 dari 67 rumah sakit rujukan atau 68,8 persen terisi lebih dari 60 persen. Hanya 20,9 persen rumah sakit rujukan dengan kondisi ideal atau tingkat keterisian kurang dari 60 persen.
Fasilitas kesehatan yang tersisa menjadi satu alasan Gubernur DKI Anies Baswedan kembali memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mulai 14 September 2020. Dia menilai tanpa PSBB, ruang isolasi dan ICU rumah sakit akan penuh pada 17 September 2020.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto 'menyerang' Gubernur DKI mengenai hal tersebut. Menurutnya, tidak akan ada keterbatasan kapasitas fasilitas dan layanan kesehatan, baik dari rumah sakit maupun dari rumah sakit darurat.
Airlangga yang juga Ketua Komite Kebijakan terkait Covid-19 menyebutkan bahwa dana pemerintah tidak terbatas untuk memenuhi layanan kesehatan. Namun, tak menyebutkan jelasnya ketersediaan dana.