Bisnis.com, JAKARTA—Presiden Donald Trump sebenarnya telah mengetahui tingkat ancaman virus corona yang mematikan pada Februari. Namun dia sengaja menyesatkan publik dengan 'meremehkannya.'
Menurut wawancara yang direkam oleh salah satu jurnalis investigasi paling dihormati di Amerika Serikat, Bob Woodward. Presiden AS memberi kesempatan Woodward 18 kali wawancara antara Desember 2019 hingga Juli 2020.
Hasil wawancara itu kemudian menjadi buku berjudul “Rage”. Buku itu diperoleh kemarin waktu setempat oleh Washington Post dan CNN.
“Trump 'ingin mengecilkan' Covid-19 meski tahu wabah itu mematikan, menurut Bob Woodward seperti dikutip The Guardian.com, Kamis (10/9).
Dalam buku itu Trump juga menggambarkan mantan presiden George W Bush sebagai "orang bodoh" dan mengejek gerakan Black Lives Matter untuk kesetaraan rasial akibat kebrutalan polisi terhadap warga kulit hitam.
Sedangkan pada bagian lain buku itu melaporkan bahwa AS mungkin akan bersiap untuk perang nuklir dengan Korea Utara pada 2017.
Buku itu juga menggambarkan Perbedaan antara pernyataan publik dan pernyataan pribadi Trump tentang pandemi Covid-19, yang telah menewaskan lebih dari 190.000 warganya selain menyebabkan krisis ekonomi terburuk sejak Depresi Hebat tahun tiga puluhan.
Disebutkan bahwa pada 28 Januari 2020, Robert O’Brien, penasihat keamanan nasional, memberinya peringatan yang "mengejutkan".
Dia memberitahu presiden bahwa Covid-19 akan menjadi "ancaman keamanan nasional terbesar" dari kepresidenannya.
Tiga hari kemudian, Trump mengumumkan pembatasan perjalanan dari China, meskipun virus itu sudah ada di Amerika Serikat sebenarnya.
Bulan Februari, dalam pandangan Woodward dan banyak analis lainnya, adalah bulan yang sia-sia. Pada 27 Februari, Trump berkata di depan umum, virus ini akan menghilang dan dia secara eksplisit membandingkannya dengan flu biasa.
Bahkan Trump mengatakan tidak perlu penguncian dan ekonomi terus berjalan di musim flu.
Pada 19 Maret, Trump mengumumkan keadaan darurat nasional tetapi mengatakan kepada Woodward:
“Saya ingin selalu mengecilkannya. Saya masih suka bermain-main, karena saya tidak ingin membuat panik."