Bisnis.com, JAKARTA – Pejabat bank sentral Amerika Serikat menahan diri untuk menetapkan standar yang lebih jelas terhadap rencana kenaikan suku bunga, yang menggarisbawahi komitmen terhadap kebijakan moneter yang longgar.
"Berkenaan dengan prospek kebijakan moneter di luar pertemuan ini, hanya sedikit peserta mencatat bahwa memberikan kejelasan yang lebih besar mengenai proyeksi target suku bunga acuan pada titik tertentu akan tepat," demikian seperti diungkap dalam risalah rapat The Fed 28-29 Juli, yang dirilis Rabu (19/8/2020).
Sikap ini berbeda dari rangkaian risalah sebelumnya yang menunjukkan bahwa The Fed ingin mempertajam proyeksi pada pertemuan mendatang. Yang menjadi pembahasan dalam pertemuan bulan lalu termasuk komitmen untuk menahan suku bunga mendekati nol sampai ambang tertentu tercapai, termasuk target inflasi dan angka pengangguran.
Sejak pertemuan terakhir, sejumlah pejabat The Fed telah mengindikasikan bahwa tidak perlu lagi menawarkan panduan baru selama pandemi virus corona menekan perekonomian.
"Para anggota sepakat bahwa krisis kesehatan masyarakat yang sedang berlangsung akan sangat membebani kegiatan ekonomi, lapangan kerja, dan inflasi dalam waktu dekat dan menimbulkan risiko yang cukup besar terhadap prospek ekonomi dalam jangka menengah," kata risalah tersebut, seperti dikutip Bloomberg.
Pandangan The Fed mengenai lambatnya pemulihan eknomi turut menekan saham. Sementara itu, dolar AS melanjutkan penguatannya.
Baca Juga
Analis makro global senior State Street, Marvin Loh mengatakan keraguan komite untuk memberikan proyeksi baru karena data eknomi yang ada saat ini masih sangat tidak stabil.
“Mereka ingin memiliki gambaran yang lebih jelas tentang seperti apa irama perekonomian sebelum mereka berkomitmen pada sesuatu,” ungkapnya.
Dalam pertemuan bulan Juli tersebut, The Fed mempertahankan suku bunga mendekati nol dan memutuskan melanjutkan program pembelian obligasi Treasury dengan anggaran sekitar US$ 120 miliar per bulan.