Filipina dan Korea Selatan
Filipina
Ekonomi Filipina mengalami kontraksi cukup dalam pada kuartal kedua akibat pemberlakuan lockdown terpanjang di Asia.
Produk domestik bruto Filipina terkontraksi hingga 16,5 persen (year on year/yoy). Badan statistik nasional Filipina mengungkapkan kontraksi ini merupakan yang terburuk sejak 1981.
Angka tersebut meleset dari konsensus Bloomberg yang memproyeksikan median PDB Filipina sebesar minus 9,4 persen.
Penurunan PDB selama dua kuartal berturut-turut telah membawa Filipina masuk ke zona resesi.
"Biaya ekonomi untuk menekan penyebaran virus meningkatkan luka besar di konsumsi rumah tangga dan keuangan korporasi yang akan memperberat pertumbuhan permintaan pada bulan-bulan mendatang," ujar Analis Capital Economis Alex Homes.
Kegagalan meredam virus, pembatasan pergerakan dan kurangnya dukungan kebijakan membuat Filipina berisiko mengalami pemulihan yang paling lamban di kawasan.
Korea Selatan
Ekonomi Korea Selatan mengalami kontraksi pada tingkat yang lebih tajam dari ekspektasi pada kuartal II/2020 setelah pandemi menekan ekspor dan pendapatan sektor swasta.
Data dari Bank of Korea mencatat produk domestik bruto riil (PDB) negara itu menyusut 2,9 persen pada kuartal II/2020 dari periode yang sama tahun lalu. Ini menandai pertumbuhan paling lambat sejak kontraksi tahunan 3,8 persen pada kuartal IV/1998.
Pada kuartal I/2020, ekonomi Negeri Ginseng tersebut juga mengalami kontraksi 3,3 persen. Secara teknis, Korea Selatan telah memasuki fase resesi, mengikuti Negeri Singa.
Pada kuartal pertama, ekonomi Korea Selatan turun 1,3 persen. Namun, secara tahunan, ekonomi tumbuh 1,4 persen pada periode Januari-Maret.
Dilansir Yonhap, Bank of Korea sebelumnya mengantisipasi ekonomi menyusut sekitar 2 persen satu tahun dalam periode April-Juni, menempatkan prospek pertumbuhan tahunan pada kontraksi 0,2 persen.
Tetapi Gubernur BOK Lee Ju-yeol pekan lalu mencatat ekonomi Korea Selatan kemungkinan akan mengalami pukulan yang lebih berat dari perkiraan sebelumnya tahun ini karena pandemi COVID-19.
"Ketika kami menawarkan proyeksi pertumbuhan pada bulan Mei, kami memperkirakan pandemi COVID-19 akan mulai melambat pada paruh kedua tahun ini, tetapi sekarang kami berada di minggu kedua bulan Juli, dan penyebaran penyakit ini agak meningkat," katanya pada konferensi pers Kamis lalu.
Dengan demikian, Ju-yeol melihat pemulihan ekspor kita mungkin akan tertunda lebih lanjut, sehingga pertumbuhan ekonomi Korea Selatan dapat terpengaruh.