Bisnis.com, JAKARTA - Ledakan dahsyat di Beirut, Lebanon, pada Selasa (4/8/2020) menimbulkan kerusakan yang tak kepalang.
Sebanyak 8.000 bangunan, termasuk 50 bangunan kuno, hancur akibat ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut tersebut.
Paling tidak begitulah data yang disampaikan High Relief Commission (HRC) di Lebanon, Selasa (11/8/2020).
Berbicara kepada Kantor Berita Anadolu, Sekretaris Jenderal HRC Mohammed Khair mengatakan perhitungan seluruh kerusakan akibat ledakan akan disimpulkan pada hari ini, Rabu.
Menurut wartawan Anadolu, skala kerusakan di setiap area berbeda-beda.
HRC berafiliasi dengan Kabinet dan fungsinya meliputi penyaluran bantuan dan penanggulangan bencana.
Baca Juga
Pemerintah menyalahkan timbunan 2.750 ton amoniak nitrat di sebuah gudang sebagai penyebab ledakan, yang menewaskan sedikitnya 160 orang dan melukai ribuan orang. Peristiwa itu juga menyisakan jejak kehancuran di seluruh wilayah ibu kota.
Ledakan di pelabuhan Beirut pada Selasa, terjadi saat Lebanon didera krisis keuangan parah dan pandemi virus Corona.
Aksi protes turun ke jalan antipemerintah berlangsung selama dua hari terakhir. Massa menyerbu gedung pemerintah dan bentrok dengan aparat kepolisian.
Bantuan Negara Donor
Sementara itu, komitmen bantuan darurat disepakati negara-negara donor untuk pemulihan kondisi di Beirut pascaledakan dahsyat, Selasa (4/8/2020).
Konferensi donor yang dilangsungkan pada Minggu (9/8) berhasil mengumpulkan janji dana sebesar 253 juta euro (sekitar Rp4,3 triliun) sebagai bantuan darurat kemanusiaan bagi Lebanon, kata pihak kantor Presiden Prancis.
Komitmen tersebut tidak akan bergantung pada reformasi politik atau institusional, kata kantor Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Selain itu, kata Istana Elysee tempat Macron berkantor, konferensi juga menghasilkan janji bantuan dalam jangka panjang. Bantuan tersebut mensyaratkan otoritas Lebanon melakukan reformasi.
Para pemimpin dunia berjanji tidak akan mengecewakan rakyat Lebanon di Beirut, yang sedang memulihkan diri setelah ledakan pada Selasa (4/8).
Negara-negara asing menuntut sikap transparan soal bagaimana bantuan tersebut akan digunakan. Beberapa negara juga menyatakan khawatir soal pengaruh Iran di negara itu melalui kelompok Syiah dukungan Iran, Hizbullah.
Macron, yang mengunjungi Beirut pada Kamis (6/8), menjadi tuan rumah konferensi melalui video.
Dalam pidato pembukaannya, Macron mendesak negara-negara yang berpartisipasi untuk mengesampingkan perbedaan mereka demi membantu rakyat Lebanon.
Bantuan internasional harus dikoordinasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon, kata Macron.
Di antara tawaran bantuan yang muncul adalah dukungan untuk penyelidikan yang tidak memihak, kredibel, dan independen terhadap ledakan di Pelabuhan Beirut pada Selasa.
"Peran kita adalah mendampingi mereka," kata Macron dari kediaman musim panasnya di French Riviera.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan AS siap melanjutkan langkah untuk memberikan bantuan bagi rakyat Lebanon, kata Gedung Putih.
Identifikasi Jenazah Terkendala
Identifikasi jenazah korban ledakah di Beirut, ibu kota Lebanon, sempat mengalami kendala.
Banyak pekerja asing dan sopir hilang dan diperkirakan tewas dalam ledakan hebat di pelabuhan Beirut. Upaya mengidentifikasi para korban mengalami kesulitan, kata gubernur kota itu, Minggu (9/8/2020) waktu setempat.
"Banyak orang hilang yang tidak dapat kami identifikasi. Mereka adalah para sopir dan pekerja asing," kata Gubernur Marwan Abboud kepada saluran televisi Al Jadeed seperti dikutip Antara, Senin (10/8/2020).
Ketiadaan petugas yang melakukan identifikasi menjadi masalah yang mengganjal.
"Tidak ada yang mengidentifikasi mereka ... ini tugas berat yang membutuhkan waktu," ujarnya.
Pemerintah Suriah mengatakan sekitar 45 warganya termasuk dari sedikitnya 158 orang yang sudah dipastikan tewas dalam ledakan itu.
Warga Suriah merupakan kalangan terbesar di antara para warga negara asing yang berada di Lebanon.
Mereka bekerja di sektor konstruksi, pertanian, dan transportasi.
Beirut Rusuh
Di tengah Beirut yang masih kacau, terjadi aksi unjuk rasa di wilayah tersebut.
Polisi Lebanon menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa yang melemparkan batu dan memblokir jalan dekat gedung parlemen di Beirut pada Minggu (9/8), pada hari kedua demonstrasi anti pemerintah pascaledakan.
Sementara itu, dua menteri Lebanon telah menyatakan mundur.
Kobaran api muncul di pintu masuk ke Alun-alun Parlemen ketika para demonstran berupaya merangsek masuk ke lokasi yang dikelilingi dengan pagar betis, berdasar gambar yang ditayangkan televisi.
Para pengunjuk rasa juga membobol kantor kementerian perumahan dan transportasi.
Polisi antikerusuhan, dengan mengenakan rompi antipeluru dan memegang pentungan, bentrok dengan para demonstran ketika ribuan orang berkumpul di alun-alun parlemen dan dekat Lapangan Syuhada, kata koresponden Reuters.
Dua menteri kabinet mengundurkan diri di tengah kejatuhan politik karena ledakan di pelabuhan Beirut pada Selasa (4/8) serta krisis ekonomi yang mendera Lebanon selama berbulan-bulan.
Kedua menteri itu mundur dengan alasan bahwa pemerintah tidak melakukan reformasi.
Menteri Lingkungan Damianos Kattar mundur dari jabatannya pada Minggu. Pemerintah kehilangan banyak kesempatan untuk melakukan reformasi, kata Kattar dalam pernyataan.
Kepergian Kattar mengikuti langkah Menteri Informasi Manal Abdel Samad, yang pada Minggu menyatakan mengundurkan diri pascaledakan.
Pada Sabtu (8/8), kemarahan memuncak di beberapa lokasi di pusat kota Beirut. Jumlah pengunjuk rasa merupakan yang terbesar sejak Oktober. Ribuan orang turun ke jalan menuntut korupsi diakhiri, juga memprotes tata kelola pemerintahan yang buruk.
Sekitar 10.000 orang pada Sabtu berkumpul di Lapangan Syuhada. Lokasi itu berubah menjadi tempat bentrokan antara polisi dan para demonstran, yang berusaha mendobrak pagar pembatas di sepanjang jalan menuju gedung parlemen.
Beberapa demonstran menyerbu kantor-kantor kementerian serta gedung Asosiasi Bank Lebanon.
Satu polisi tewas dan Palang Merah menyebutkan lebih dari 170 orang cedera dalam bentrokan itu.
Ledakan lebih dari 2.000 ton amonium nitrat di pelabuhan Beirut pada Selasa (4/8/2020) menewaskan 158 orang dan melukai lebih dari 6.000 lainnya.