Bisnis.com, JAKARTA - Ribuan pengunjuk rasa melempari kantor parlemen Lebanon dengan batu pada Minggu (9/8/2020) dan menuntut pemerintah mundur setelah peristiwa ledakan dahsyat yang menghancurkan beberapa bagian Beirut pekan lalu.
Aksi demo diwarnai kekerasan terjadi hingga sore pada saat konferensi donor internasional diluncurkan untuk mendanai biaya pemulihan ibu kota Lebanon tersebut.
Para perusuh menyerang polisi dan tentara yang telah mundur ke markas di distrik Beirut pusat.
Aparat keamanan mempertahankan posisi mereka dengan gas air mata, sedangkan ratusan orang melemparkan puing-puing bekas ledakan. Kerumunan pendemo itu bertekad untuk masuk dan menyerang Gedung Parlemen yang anggotanya secara universal disalahkan karena tidak berfungsi dan menyebabkan bencana tersebut.
Sebelumnya Menteri Informasi Lebanon, Manal Abdel Samad mengundurkan diri dari posisinya sebagai pejabat pemerintah pertama sejak ledakan di pelabuhan tersebut terjadi.
Adapun, ledakan dahsyat yang terjadi di Beirut itu menewaskan lebih dari 157 orang dan menghancurkan sebagian ibu kota serta meninggalkan lubang sedalam 43 meter.
"Setelah bencana besar di Beirut, saya mengumumkan pengunduran diri saya dari pemerintah," katanya dalam sebuah pernyataan seperti dikutip TheGuardian.com, Senin (10/8/2020).
Baca Juga
Dia juga meminta maaf kepada publik Lebanon karena telah mengecewakan mereka.
Pengunduran diri Menteri Informasi Lebanon disusul oleh Menteri Lingkungan Hidup, Damianos Kattar. Dia menyatakan mundur sebagai solidaritas dengan para korban dan pemerintah yang telah kehilangan sejumlah kesempatan untuk melakukan reformasi.
Selain itu, tiga anggota parlemen lainnya juga mengundurkan diri dari parlemen.
Setidaknya 43 anggota parlemen mengundurkan diri sebagai syarat jatuhnya pemerintahan. Sejauh ini sembilan telah melakukannya dan ada indikasi bahwa lebih banyak lagi akan menyusul dalam pekan ini. Akibatnya, pemerintah semakin rapuh dan berisiko jatuh.